Selasa, 31 Juli 2012

Muslim Non Muslim : Bisakah Bekerjasama ?

Kemenangan Muhammad Mursi yang berasal dari kubu Ikhwanul Muslimin dalam perebutan kursi kepresidan Mesir dengan raihan 51,73% mengalahkan Achmed Syafik (mantan PM Mesir era Mubarak) tempo lalu, menandai di mulainya sebuah pemerintahan baru Mesir pasca revolusi penggulingan Mubarak. Bukan saja ini adalah pertama kalinya Mesir di pegang oleh sipil akan tetapi juga merupakan babak baru naiknya seorang pemimpin yang berasal dari Ikhwanul Muslimin. Harapan akan masa depan Mesir di sematkan pada tokoh yang ternyata hafal Al Qur’an ini. Tapi aroma kekhawatiran bagi sebagian rakyat  Mesir juga tak kalah membuncahnya. Terutama yang di alami oleh kelompok Liberal dan Kristen Koptik. Bahwa naiknya Mursi di takutkan akan membawa agenda Islamisasi Mesir dan peminggiran kelompok minoritas di luar muslim.

Kekhawatiran ini cukup masuk akal, mengingat beberapa peristiwa pilu yang di alami oleh kelompok minoritas di Mesir pasca tumbangnya Mubarak. Intimidasi, teror, dan kekerasan fisik nyaris menjadi menu harian bagi kaum minoritas di Mesir, terutama Kristen Koptik. Di 2011 lalu misalnya, sebuah serangan bom bunuh diri meledak di komplek gereja St Markus, Aleksandria. 23 orang tewas dan seratusan lainnya cedera. Sebuah tragedi memilukan yang di alami oleh kelompok Koptik dan tentu saja menyisakan trauma mendalam. Maka ketika pemilu Mesir menghasilkan kemenangan bagi kelompok muslim (FJP di kubu Ikhwanul Muslimin dan An-nur dari kubu Salafi),kekhawatiran kelompok minoritas Mesir makin menjadi jadi. Apalagi di tambah dalam pilpres, wakil kelompok Ikhwan lagi lagi memenangkan kandidatnya.

Untuk menjawab tantangan permasalahan ini, Presiden Mesir terpilih Muhammad Mursi melalui juru bicaranya Sammeh Al esyawi berjanji akan menunjuk dua orang wakil Presiden. Satu seorang perempuan, satunya lagi dari Kristen Koptik.

Siapa itu Kristen Koptik ?.

Kekristenan Koptik adalah sebuah agama kuno yang telah sejak lama menjadi di anut Mesir sebelum kehadiran Islam. Sekte ini konon di bentuk oleh salah seorang murid Yesus bernama Markus, 10 tahun pasca meninggalnya Yesus. Mereka boleh di bilang penduduk asli Mesir yang seiring kedatangan Islam, lambat laun pengaruhnya semakin berkurang. Di perkirakan ada 16 juta pengikut sekte ini, 12 jutaan berada di Mesir. Berpusat di Gereja Ortodoks Koptik, Aleksandria dengan pemimpin seorang Paus.

Islam dan Kristen

Dalam Islam, Kristen biasa di sebut Nasrani. Beberapa literal mengatakan bahwa Nasrani itu identik dengan agama Hanif atau Millah Ibrahim. Kelompok ini bahkan sudah menjejakkan kakinya di jazirah Arab sebelum nabi lahir. Beberapa literarur yang kami dapat menunjukkan bahwa hubungan Nabi Muhammad dengan kaum Nashrani terjalin begitu baik. Ada beberapa nama yang di duga adalah para penyebar agama Hanif ini di jaman nabi, semisal Umayah ibn Abi Shalt, Khalid ibn Sannan, Zaid bin Amr dan Waraqah bin Naufal. Ada lagi yang mengatakan bahwa Khadijah sebelum menjadi istri nabi adalah penganut agama Hanif, Nashrani atau Kristen. Bahkan ada pula  yang mengatakan bahwa Khadijah sesungguhnya seorang biarawati Kristen.

Abdurrahman Asy Syarqawi dalam bukunya ‘Muhammad Sang Pembebas’ menuliskan bagaimana seorang Muhammad sebelum di angkat sebagai nabi begitu terinspirasi dengan sepak terjang para pendakwah agama di atas. Keteguhan mereka mendakwahkan agama tauhid walaupun mendapat rintangan dari kaum penyembah berhala baik melalui teror, isolasi bahkan tak sedikit yang terbunuh menjadi semacam titik tolak seorang Muhammad di masa depan. Masih dalam buku itu, di ceritakan Muhammad tidak saja simpati dengan dakwah mereka, bahkan juga terlibat persahabatan yang cukup akrab. Semisal dengan Waraqah bin Naufal, penyebar Kristen yang juga masih kerabat Khadijah ini seringkali menjadi teman diskusi, bertukar pikiran dan berbagi pengetahuan. Sumber yang kami dapat, Waraqah adalah seorang penginjil yang ahli menulis alkitab dan menterjemahkannya ke dalam bahasa Arab. Dia adalah sahabat dekat Muhammad sebelum ia di angkat sebagai nabi. Bahkan perkawinan Muhammad dengan Khadijah konon berkat peranan Waraqah bin Naufal.

Kedekatan Waraqah bin Naufal ini bisa kita lihat dalam sebuah hadits di bawah ini.

Dari 'Aisyah r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. mengatakan, 'Janganlah mencaci Waraqah, karena aku melihat dia memiliki satu atau dua Surga'," (Shahih, HR al-Bazzar [2750 -Kasyful Astar] dan al-Hakim [II/609]).

Hadits lain menyebut,

Dari Jabir r.a, ia berkata, "Aku bertanya tentang Waraqah bin Naufal, dikatakan, 'Ya Rasulullah, ia dahulu menghadap kiblat, ia mengatakan Ilahku adalah Ilah Zaid (Zaid bin Amr), agamaku adalah agama Zaid, ia pernah berkata, 'Engkau benar, sungguh hebat engkau hai Ibnu 'Amr sesungguhnya engkau menjauhi tungku api yang menyala-nyala dengan agamamu, agama yang tidak ada bandingannya dan dengan meninggalkan taman-taman bukit seperti adanya. Rasulullah saw. bersabda, 'Aku lihat ia berjalan di tengah taman Surga dengan mengenakan pakaian dari sutera'," (Hasan lighairihi, HR al-Bazzar [2752], dan Ibnu Asakir [XVII/766], at-Tirmidzi [2288]).

Setelah Waraqah bin Naufal dan banyak penganut agama Nashrani di atas wafat, hubungan Muhammad dengan kaum Kristenpun masih terus berlanjut baik tanpa ada gesekan berarti.  Misalnya kerjasama antara Nabi Muhammad dengan penguasa Habasyah (Ethiopia) yang Kristen soal pengungsi dari Makkah yang terpaksa hijrah karena mendapat tekanan dari kaum Quraisy. Lalu hubungan yang baik antara Nabi Muhammad dengan penguasa Aleksandria (Mesir) kala itu, Muqauqis yang seorang Kristen Koptik. Bahkan simpati Muqauqis pada Nabi Muhammad di wujudkan dengan mengirim banyak hadiah termasuk di antaranya dua orang perempuan cantik bernama Maria Al Qibthy dan Sirin Al Qibthy. Maria kemudian di peristri Nabi dan melahirkan Ibrahim, sementara Sirin di nikahi Hassan bin Tsabit.

Dengan kaum Koptik ini bahkan Nabi Muhammad menyatakan dalam haditsnya :

“Allah, dan Allah terhadap orang-orang dzimmi, yaitu kaum Koptik di negeri yang banyak pepohonan, yang berkulit hitam dan berambut ikal, karena sesungguhnya mereka adalah nasab dan kerabatku”
(Abu Muhammad Ibn Hisyam, Sirah An Nabawiyah li Ibn Hisyam Juzz I (Dimasyq: Dar al-Khair, 1412 H/1992 M),h.7.)

Nabi juga di ketahui pernah berwasiat kepada para sahabatnya,


“Apabila kalian berhasil menaklukan Mesir, maka wasiatkanlah hal-hal yang baik kepada penduduk Koptik, karena mereka menanggung beban dan kekerabatan.” (Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah).

Ikhwanul Muslimin Mesir kini mulai berubah dan menampilkan wajah yang lebih ramah. Tidak saja megenai rencananya mengangkat wakil presidennya yang berasal dari Kristen, akan tetapi usaha untuk membangun perdamaian di timur tengah terus di gagas. Setidaknya beberapa waktu lalu Mursi juga telah mengirim surat pada Shimon Perez, penerima nobel Perdamaian dari Israel yang juga menjabat sebagai Presiden saat ini guna membahas rencana perdamaian Palestina, Israel dan juga Mesir. Sesuatu yang sama juga sebenarnya telah di rintis oleh mendiang Presiden Gus Dur, yaitu mengubah strategi menghadapi Israel dengan cara yang lebih diplomatik. Namun sayangnya sebagian orang tidak mendukung rencana ini, bahkan tak sedikit yang menuduh Gus Dur sebagai agen Zionis.

Terakhir,

Perdamaian tidak akan pernah terwujud jika belum belum kita mengatakan bahwa kita benar dan mereka salah.

Kesejahteraan tidak akan tercapai jika kita masih berpikir primordial dengan mengatakan bahwa kita saja yang halal menikmati ini dan itu, sementara mereka haram.




(Di ramu dari berbagai sumber)

Komandan Gubrak

Trik Internet Gratis SmartFren PC Agustus 2012 SSH Tunnel

Trik internet gratis Smart dengan akun ssh tunnel
Gretongan SmartFren PC agustus 2012

Cara internet gratis SMART pc sebelumnya masih work full gratis, dan sekarang ada trik gratis smart lagi dengan menggunakan akun ssh dan proxy sakti Smartfren.

Download trik Smart PC Tunnel agustus 2012 kemari. Untuk password membuka zip gratisan SmartFren pass I disini dan pass II disini.

Internet gratis kartu smartfren untuk pc dan komputer di bulan agustus 2012 dijamin full gratis, tanpa malak. Langsung ditancapkan dengan aplikasi bitvise tunnelier.

Trik Internet Gratis Indosat Agustus 2012 via Operamini Handler

Trik internet gratis indosat via opera mini handler
Proxy gratis indosat 2 3 4 5 6 7 8 9 agustus 2012
Gretongan kartu indosat ophand di blackberry dan android

Cara internet gratis im3 mentari setting di hp
apn: indosat
proxy & port: kepercayaan anda

Pengaturan operamini modif biar bisa download file besar
proxy type: realhost
proxy server: dmg.fb.snaptu.com

Senin, 30 Juli 2012

Internet Gratis 3 Aon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Agustus 2012

Internet gratis operator 3 three tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 agustus 2012 full gratis dan bisa download file besar. Koneksi internet kartu tri gratisannya lancar, daftar dulu paket aon 50rb/tahun langsung siap digunakan di operamini handler.

Setting apn di hp: 3G
Proxy gratis wuzz: 195.189.142.132
Port: 80

Cara gretongan 3 three bulan agustus 2012 di opmin handler
Http n soket: net.beta.opera-mini.net:80/1080
Pt: http
Ps: internet.tri.co.id

Trik Internet Gratis 3 Agustus 2012

Trik Internet Gratis 3 Agustus 2012
Gretongan 3 PC Opera Mini Handler
Cara Internetan Gratis Kartu 3 Opmin Ophand Opmod

Apn: 3gprs
Proxy: 195.189.142.132
Port: 80

Setting Operamini Handler Operator 3
http://labs1-turbo.beta.opera-mini.net?m.twitter.com:80/
socket://labs1-turbo.beta.opera-mini.net:1080
Proxy Type: http
Proxy Server: m.twitter.com

Minggu, 29 Juli 2012

Trik Internet Gratis XL 30 31 Juli 2012 Opmin Handler

Internet gratis xl 30 31 juli 2012
Gretongan operator XL operamini handler
Trik gratis kartu XL via opera mini modif

Cara gratisan xl di hp
apn: www.xlspeed.net
proxy gratis: 195.189.142.132
port: 80

Pengaturan opmin handler
front query: www.xlaluuntukmu.com/cgi-bin/nph-proxy.cgi/0a/ http/
remove port: cawang

Trik Internet Gratis XL 30 31 Juli 2012 Opmin Handler

Tips Internet Gratis Telkomsel 30 31 Juli 2012

Tips internet gratis telkomsel 30 juli 2012
Cara internet gratis kartu telkomsel 31 juli 2012
Gretongan operator telkomsel via opera mini handler

Trik gratis kartu facebook
apn: telkomsel
proxy: 141.0.10.0
port: 80

Setting opera modif semua versi
pt: http
ps: dl.fb.me atau m.facebook.com

Internet gratis telkomsel 30 31 juli 2012 berlaku dari jam 12 malam sampai jam 5 sore.

Sabtu, 28 Juli 2012

Internet Gratis Indosat 30 31 Juli 2012

Internet gratis indosat 30 31 juli 2012
Proxy gratis im3 mentari untuk hp
Cara internet gratis operator indosat opmin opmod handler

Setting gretongan kartu indosat
apn: indosat
proxy port: dikosongin

Jika gagal di opera mini, gunakan jalur socket.

Trik Internet Gratis Axis 30 31 Juli 2012

Trik internet gratis axis 30 31 Juli 2012
Gretongan operator AXIS opmod opmin terbaru
Proxy gratis kartu axis juli 2012

setting internet gratis axis di hp
apn: axis
proxy port: ori/standard

pengaturan axis di opera mini handler
primary server: http://mx.axisworld.co.id.server4.operamini.com:80
proxy type: host
ps: mx.axisworld.co.id

Jumat, 27 Juli 2012

Koruptor Itu Kafir

 Koruptor Itu Kafir
Oleh Azyumardi Azra

Semua warga bangsa tahu belaka, korupsi di Indonesia merupakan semacam penyakit endemis yang sampai sekarang masih merajalela dan sulit tersembuhkan. Penyakit bangsa ini bahkan terlihat kian meruyak. Orang mengatakan, kalau zaman Orba dulu, korupsi terutama terjadi di pusat; kini dengan penerapan otonomi daerah selama enam tahun terakhir, korupsi juga mengalami 'desentralisasi' meruyak ke daerah. Dengan begitu, korupsi kini ada di mana-mana, sejak dari tingkat pusat sampai ke daerah.

Jelas ada upaya untuk memerangi korupsi. Kejaksaan membuat target bagi penyelidikan dan pengadilan mereka yang (diduga) terlibat korupsi. Kepolisian juga seolah tidak mau kalah. Meski kedua lembaga ini mencapai hasil tertentu dalam usaha memerangi korupsi, masyarakat umumnya skeptis, karena terdapat oknum jaksa dan Polri yang juga (diduga) terlibat korupsi. Bahkan, tidak jarang kedua lembaga penegak hukum ini terlibat dalam konflik kepentingan melindungi bagian korps masing-masing. Dengan demikian, pemberantasan korupsi di dalam diri mereka sendiri tidak berjalan sebagaimana diharapkan publik.

Lalu, ada lagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang khusus dibentuk untuk memberantas korupsi. Tetapi, KPK yang semula memberikan cukup banyak harapan, kemudian dipandang kalangan tertentu sebagai 'superbody' yang selanjutnya melakukan upaya cukup 'sistematis' untuk melemahkan KPK, sehingga hanya dapat mengusut kasus korupsi kelas 'teri', tetapi mentok dalam membongkar kasus korupsi kelas superkakap, semacam skandal Bank Century.

Agaknya, realitas pemberantasan korupsi semacam itulah yang membuat koruptor seolah tidak pernah kehilangan nyali dan cara untuk tetap melakukan berbagai bentuk korupsi. Meski jumlah mantan pejabat atau bahkan yang masih aktif sejak dari mantan menteri, gubernur, bupati/wali kota yang terlibat korupsi cukup signifikan, tetap belum ada tanda-tanda meyakinkan korupsi bakal berkurang di negeri ini; apalagi untuk lenyap sepenuhnya.

Berbagai pendekatan dan upaya pemberantasan korupsi kelihatan tidak berhasil. Mulai dari penegakan hukum, adanya KPK, perbaikan gaji, dan pemberian remunerasi tidak mampu mengurangi korupsi. Koruptor tetap saja merajalela. Lalu, pendekatan dan cara apa lagi?

Pendekatan teologis dan agama. Inilah salah satu pendekatan yang boleh jadi dapat membantu pemberantasan korupsi. Dua organisasi Islam terbesar di negeri ini, Muhammadiyah dan NU mencoba melakukan pendekatan teologis ini dengan melakukan telaahan dan rumusan fikih korupsi bekerja sama dengan Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan (di Indonesia). Hasilnya adalah sebuah buku dengan judul yang bisa membuat orang tersentak: Korupsi itu Kafir (Bandung: Mizan, 2010).

Istilah 'kafir' secara konvensional lazimnya digunakan untuk menyebut mereka yang menolak dan mengingkari kebenaran Islam, baik di masa silam maupun sekarang. Istilah ini dalam kenyataannya kurang berkenan bagi mereka yang tidak menerima kebenaran Islam, tegasnya kaum non-Muslim. Bagi mereka, sebutan 'kafir' terhadap mereka dalam perasaan mereka bernada merendahkan. Apalagi kalau yang disebut 'kafir' itu adalah orang Muslim karena yang bersangkutan ternyata adalah koruptor.

Mengapa koruptor itu kafir? Banyak dalil Alquran dan hadis yang diajukan Muhammadiyah dan NU, yang kemudian melakukan pendekatan yang lazim dalam Ushul al-Fiqh, seperti qiyas dan mashalih al-mursalah. Intinya, koruptor itu kafir-termasuk yang beragama Islam-karena mereka mengabaikan larangan berbagai ajaran Islam tentang tidak bolehnya melakukan korupsi. Menurut kajian NU dan Muhammadiyah, secara fiqhiyah, korupsi dapat mengambil bentuk sejak dari ghulul (pencurian aset publik), hirabah (perampokan harta orang lain), risywah (suap), khiyanat (khianat), mukabarah/ghasab (pemindahan aset secara tidak sah), sariqah (pencurian), intikhab (pengutilan aset), sampai aklu suht (memakan barang haram).

Dengan landasan fiqhiyah dan metodologi Ushul Fiqh yang cukup kuat, menyebut koruptor sebagai kafir menjadi valid. Menyebut koruptor sebagai 'kafir' bisa menimbulkan dampak psikologis-keagamaan tertentu. Apalagi, Muhammadiyah dan NU dalam kajian fikihnya juga menyimpulkan: jika 'koruptor' itu beragama Islam, yang ketika ia meninggal dunia kelak, jenazahnya tidak perlu dishalatkan para pimpinan agama seperti ustaz, kiai, atau ulama umumnya. Koruptor yang kafir itu pun disebut terjauh dari surga dan, sebaliknya, bakal tenggelam ke dalam neraka. Na'udzu billah min dzalik.

Tulisan ini pernah dimuat di Harian Republika, Kamis, 2 September 2010

 

Kamis, 26 Juli 2012

Banowati Selingkuh (Part 12)

Sayang sekali lengan Permadi hanya mengenai ruang kosong. Resi muda itu entah bagaimana caranya sudah tidak ada di tempat.

“Ho ho ho…”

Suara itu terdengar dari arah belakang. Persis di belakang Permadi. Lirih tapi seperti sengaja mengejek kemampuan ksatria Madukara itu. Putra Pandu itu segera membalikkan badan sembari memutar kakinya, dan..

Wusss!!!

Lagi lagi hanya suara desiran angin yang di hasilkan dari gerakan kaki Permadi tanpa sedikitpun mengenai sasarannya.

“Hanya begini kemampuan jawara kebanggaan Pandawa ?” lagi lagi terdengar kata kata ejekan pada Permadi. Makin marah sang Dananjaya, makin beringas terjangan panengah Pandawa itu.

“Jumawa !” teriak Permadi kemudian di iringi pukulan, tendangan, sikut dan bahkan tandukan bertubi tubi ke arah pendeta misterius itu. Suasana berubah menjadi gaduh. Serangan serangan Permadi yang tak mengenai sasaran, beberapa di antaranya malah menghantam benda apa saja di ruangan itu. Hingga nyaris tak tersisa satu bendapun yang utuh, Permadi masih saja belum mampu melumpuhkan musuhnya. Jangankan melumpuhkan, bahkan menyentuhnyapun tidak. Resi muda itu tetap bergerak lincah dan terus mengucapkan kata kata bernada mengejek.

“Ilmu silat seperti ini mau mengalahkan Kurawa ?” ledeknya, “memalukan…!”.

Mendidih darah Permadi, belum pernah ia mendapat ejekan menyakitkan seperti ini. Belum pernah ia begitu di permainkan dalam adu kedigdayaan kecuali kali ini.

“Jangan salahkan Permadi kalau berbuat kasar” gertak Permadi seraya beringsut mundur. Tangan kirinya bergerak meraih busur panah di pinggang, sementara tangan kanan terangkat ke atas. Sebuah anak panah sepajang setengah meter kini berada di genggamannya dan siap untuk di muntahkan. Inilah salah satu panah andalan Permadi. Kyai Pasopati. Panah ajaib yang jika di satukan dengan busur saktinya kyai Gendewa, akan menghasilkan serentetan tembakan mata panah yang tiada habis habisnya. Kemampuan panah ini sudah teruji di berbagai medan. Bahkan hanya dengan senjata ini, Permadi sanggup melumpuhkan seribu musuh dalam tempo sekali tarikan nafas.

“Ha ha ha….”.

“Lucu sekali tingkahmu, Permadi. Untuk menghadapi musuh yang tak bersenjatapun, harus mengeluarkan senjata andalan…”.

“Tutup mulutmu!” teriak Permadi segera menarik busur panahnya.

Suiiiittttt……!!!!

Suara desiran panah segera menyalak. Belasan anak panah berhamburan dari busur kyai Gendewa laksana lebah yang keluar dari sarangnya. Suara ledakan terjadi di sana sini manakala mata panah itu menghantam dinding gubuk, atap, pintu, jendela dan sebagainya. Dan seperti yang sudah sudah, resi muda itu hanya melompat kesana kemari. Hanya bedanya, kali ini gerakannya jauh lebih cepat dan gesit. Hingga yang tampak hanyalah banyangan putih yang melayang ke sana kemari menghindari amukan sang Pasopati.

“Bedebah!” Permadi mengeluh dalam hati. Entah sudah berapa banyak anak panah yang ia muntahkan dari busur kyai Gendewa. Tak satupun yang mengenai sasaran. Bahkan yang terjadi malah kerusakan yang sangat parah di setiap sudut bangunan tempat ia berdiri. Dan jika ini terus berlanjut, gubuk itu bakal roboh berkeping keping.

“Bagaimana kamu bisa menang jika kamu bertarung dengan emosi, dan bukan menggunakan rasa …?”.

Permadi terkejut, apa yang di ucapkan resi muda itu seolah hendak mengajarinya bagaimana bertarung dengan baik.

“Fokuskan pikiranmu jika kamu ingin menang, adikku..”.

Belum sempat Permadi menarik kembali busur panahnya, resi muda itu tiba tiba sudah berada di sampingnya dengan senyum tersungging dari bibirnya.

“Simpan senjatamu dan perhatikan siapa aku…” ucap sang resi seraya menepuk pundak Permadi.

Dan seperti terhipnotis, Permadi perlahan menurunkan busur dan menyimpan kembali di pinggangnya. Matanya kini tertuju pada sosok berpakaian putih di sampingnya. Begitu dalam ia menelusuri setiap lekuk wajah dan tubuh sang resi, dan berusaha keras untuk mengingat ingat sesuatu.

“Kakang….Kakrasana…?” Permadi setengah tidak percaya siapa yang ada di dekatnya.

Sang resi mengangguk.

“Panggil aku Wasi Jaladara” ucap resi muda itu.

“Oh….” Permadi kini yakin bahwa lelaki di depannya adalah putra mahkota Kerajaan Mandura.

“Maafkan kecerobohan saya, kakang…” Permadi segera bersimpuh di kaki Wasi Jaladara.

“Sudahlah” Wasi Jaladara mengangkat pundak Permadi.

“Jadi yang menyelamatkan saya…”.

“Sudah…sudah…!” potong Wasi Jaladara sambil mempersilahkan Permadi duduk di atas anyaman daun kelapa yang tampak kusut akibat pertempuran tadi.

Antara keluarga Pandawa dan keluarga Mandura memang sudah lama saling kenal. Bahkan mereka masih terhitung kerabat. Ibu Pandawa, Dewi Kunti adalah adik dari Prabu Basudewa, ayah Kakrasana. Dulu sewaktu kecil, Permadi dan saudara saudaranya sering di ajak oleh ibu mereka bertandang ke Mandura. Tak jarang keluarga Mandura yang mengunjungi mereka ketika dulu masih tinggal di Hastina bersama keluarga Kurawa. Dengan adik Kakrasana, yaitu Narayana, Permadi malah lebih akrab. Bahkan ketika dulu ia mengalahkan raja Paranggelung, juga berkat bantuan Narayana.

“Bagaimana kabar uwa Basudewa, kakang ?” Permadi memulai pembicaraan.

Wasi Jaladara tampak menghela nafas. Seperti ada beban di pikirannya.

“Kenapa kakang memilih menjadi resi seperti ini, bukankah kakang adalah pewaris uwa Basudewa ?”.

Wasi Jaladara menatap Permadi dalam dalam.

“Maafkan kelancangan saya, kakang…” Permadi salah tingkah.

“Ha ha ha ha…” tawa renyah keluar dari bibir Jaladara.

“Kekuasaan tak perlu di cari, buat apa ?. Hah ?. Buat apa mengejar sesuatu yang belum tentu menjadi takdir kita”.

Kali ini Permadi jadi malu sendiri.

“Saya…saya…” ragu.

“Kenapa ?” sela Jaladara mendekatkan mukanya pada Permadi.

“Urusan perempuan lagi ?” tebaknya yang di sambut muka merah Permadi.

“Anak anak Prabu Salya telah memikat hatimu ?. Dan kamu mau pulang ke Widarakandang untuk memberitahu Larasati ?”.

Permadi benar benar tak bisa berkutik. Batinnya menggerutu, darimana kakak sepupunya itu tahu kalau ia sudah punya istri ?.

“Kamu kira, aku tidak tahu kelakuanmu, Permadi ?” tohok Jaladara.

Pasti ketiga pembantunya yang memberitahu. Pikir Permadi kesal. Tapi, bukankah ia belum memberitahukan niatnya ke Widarakandang pada ketiga pelayannya. Aneh. Atau jangan jangan memang saudara sepupunya ini pintar membaca pikiran orang ?.

“Kalian yang di luar, masuklah!!!” tiba tiba Wasi Jaladara seperti memanggil seseorang yang berada di luar gubuk.

Pasti ketiga pelayannya.

Perlahan pintu terbuka, satu persatu sosok manusia memasuki pintu kecil yang sudah rusak akibat terjangan anak panahnya tadi.

“Banowati !” Permadi terkejut bukan main melihat siapa yang hadir di hadapannya.

Banowati dengan di iring tiga pelayannya dan satu orang pria bertubuh besar dan berwajah buruk yang belum pernah ia kenal.

“Salam sembah saya, Resi…” Banowati memberi hormat pada Wasi Jaladara kemudian di ikuti pria bertubuh besar yang ternyata adalah adiknya, Burisrawa.

“Duduk…duduk” perintah Jaladara yang segera di kelilingi oleh tamu tamu istimewanya itu.

Pantas saja kakak sepupunya tahu banyak masalah pribadinya. Banowati ada di sini ternyata.

“Waktu kita tidak banyak. Segera utarakan, kenapa kalian bisa sampai di sini ?” ucap Jaladara tak ingin bertele tele.

Mereka saling pandang. Seperti kebingungan tentang apa yang mau di omongkan.

“Ya sudah, mungkin kalian ingin berbicara berdua saja”.

Sadar antara Banowati dan Permadi sama sama tak ingin melibatkan dirinya, Jaladara berdiri dan hendak meninggalkan tempat.

“Mohon tidak meninggalkan kami, Resi…” pinta Banowati menahan langkah Jaladara.

Sejak tadi, walaupun tidak melihat langsung jalannya pertarungan, Banowati bisa menebak bahwa pria berjubah putih ini bukan orang yang lemah. Apalagi dari kejauhan dia melihat dengan jelas panah panah Permadi melesat keluar gubuk dengan jumlah tak terhingga, tapi sama sekali tak membuat sang Jaladara terluka. Jadi apa salahnya ia juga menceritakan persoalan yang menimpa dirinya dan keluarganya pada resi sakti ini.

“Bener, kalian tidak masalah kalau aku mengganggu ?” Jaladara meminta kejelasan.

Banowati melirik ke arah Permadi. Dan anggukkan lirih pria pujaannya ini makin memantabkan Banowati untuk memulai cerita.

“Mohon ijin, Resi..”

“Silahkan…”.

“Sebenarnya kami malu menceritakan masalah keluarga kami pada orang lain. Tapi kami juga merasa kebingungan bagaimana memecahkan masalah ini”.

“Lanjutkan…” Jaladara mempersilahkan.

“Kakak kami, Herawati beberapa waktu lalu hilang di culik dari istana. Kami sudah berusaha mencari. Bahkan ayahanda juga meminta bantuan pada gusti Suyudana untuk membantu mencari keberadaan kangmbok Herawati. Tapi hingga saat ini tak ada hasil yang menggembirakan”.

“Dan kamu mau meminta Permadi untuk membantu mencarikan kangmbokmu ?” terka Jaladara.

Takjub juga Banowati menyaksikan kehebatan sang Wasi Jaladara dalam membaca pikirannya.

Ah…kenapa tidak sekalian minta bantuan resi ini.

“Harapan saya, resi juga bersedia membantu kami” rayu Banowati tak melewatkan kesempatan.

“Ha ha ha ha….” tawa khas Jaladara kembali meledak.

 “Maafkan saya, resi…” Banowati.

Wasi Jaladara mengibaskan tangan kanannya, pertanda ia sudah tanggap dengan apa yang di inginkan putri Salya itu.

“Permadi!”.

“Saya kakang..”.

“Apa kamu nggak malu dengan musibah yang menimpa keluarga Mandaraka?” sekali lagi Jaladara menyindir habis habisan adik sepupunya itu.

“Mandaraka baru saja mendapat musibah, tapi kamu malah memikirkan kepentinganmu sendiri”.

“Maafkan kekhilafan saya, kakang..” sahut Permadi berat.

“Hem…” Wasi Jaladara menghela nafas. Seperti tidak puas dengan jawaban basa basi sepupunya itu.

“Saya siap kembali ke Mandaraka!” imbuh Permadi membulatkan tekad.

Jaladara menganggukkan kepala.

“Trus, Larasati ?”.



Bersambung

oleh : Ki Dainx Dalang Gubrak

Selasa, 24 Juli 2012

Banowati Selingkuh (Part 11)

iapakah sosok hitam yang berani menyusup ke keputren Mandaraka dan membawa lari putri Salya ?. Dia tak lain dan tak bukan adalah penguasa Awangga, adipati Karna. Anak angkat seorang kusir di Hastinapura bernama Adirata. Sejak kecil Adiratalah yang mengasuh dan membesarkan Basukarna. Walaupun ia hanya anak angkat seorang kusir, akan tetapi bakat yang di miliki Basukarna sungguh luar biasa. Pada umur 10 tahun, Basukarna sudah menjadi penunggang kuda handal. Kemampuannya menunggang kuda inilah yang kemudian menarik perhatian Permadi kecil yang ketika itu masih dalam rangka berguru di Sokalima. Permadi yang kagum melihat bagaimana Karna mengendarai kuda kemudian meminta untuk di ajari cara menunggang kuda oleh anak Adirata itu. Dengan senang hati Basukarna mengajari Permadi. Di sisi lain, Karna sendiri walaupun anak angkat seorang pegawai rendahan, akan tetapi minatnya untuk belajar ilmu kanuragan sangat besar. Tak jarang ia sengaja menonton bagaimana Permadi berlatih ilmu kedigdayaan. Dari hasil ia menyaksikan Permadi berlatih itu, Karna kemudian menirunya. Mempraktekkannya ketika sedang senggang. Tidak itu saja, Basukarna juga giat berlatih memanah dengan cara menirukan gaya panahan Permadi. Dan itu ia lakukan secara diam diam tanpa di ketahui oleh siapapun. Walaupun berlatih dengan cara meniru Permadi, bukan berarti kemampuan Basukarna bisa di katakan jauh di bawah Permadi. Justru bakat luar biasa yang di miliki Basukarna di padu dengan kesungguhan dan tekadnya untuk menjadi seorang pendekar pilih tanding, membuat anak angkat Adirata ini tanpa sadar telah mencapai titik di mana ia mencapai level pendekar sejati. Kemampuan memanahnya setara dengan Permadi, bahkan lebih tinggi. Yang membedakan barangkali hanya soal koleksi senjata. Sebagai seorang ksatria agung bangsa Kuru, Permadi banyak di anugerahi oleh guru dan juga para dewa, senjata senjata ampuh dan sakti. Sementara Basukarna hanyalah seorang anak angkat kusir keraton berpangkat rendah dan tidak pernah di didik secara ksatria oleh guru manapun.

Tapi ibarat pepatah, di manapun mutiara itu di sembunyikan, suatu saat pasti akan terlihat. Adalah Suyudana yang pertama kali mengetahui bakat Basukarna. Raja muda Hastinapura ini kemudian berkenan mengangkat Basukarna sebagai pegawai di lingkaran dalam istana. Tugasnya adalah menyiapkan segala perlengkapan, jika Suyudana keluar berburu atau dalam rangka tugas negara. Meliputi menyiapkan pakaian keprajuritan, membawa peralatan seperti panah, tombak, pedang dan sebagainya. Tugas ini di berikan Suyudana, semata mata raja Hastina ini ingin tahu lebih banyak tentang keistimewaan yang di miliki Basukarna. Seringkali dalam berburu Suyudana meminta Basukarna untuk menggunakan kemampuannya untuk membidik buruannya. Dan hasilnya luar biasa, tidak ada satupun binatang yang sanggup lolos dari Basukarna. Semua bisa di takhlukkan oleh anak angkat Adirata ini.

Setelah yakin akan kemampuan Basukarna, Suyudana mempromosikannya sebagai kepala regu prajurit pengawal raja dengn membawahi sekitar 50an pasukan. Selanjutnya karir Basukarna melejit bak meteor. Dari kepala regu menjadi kepala pasukan pengamanan raja, lalu puncaknya ketika kerajaan Hastina mengadakan perlombaan adu ilmu kanuragan di alun alun istana. Di situ segenap ksatria baik dari klan Pandawa maupun Kurawa berkumpul untuk unjuk kebolehan. Di ajang inilah Bima bertarung dengan Dursasana, Kartamarma adu kesaktian dengan Permadi, sementara Nakula dan Sadewa unjuk kekuatan melawan Citraksa dan Citraksi. Siapa yang kalah harus mundur dari arena untuk digantikan dengan yang lain. Perlombaanpun di bagi dalam beberapa kategori, seperti gulat, bermain pedang, memanah dan lain sebagainya. Untuk kategori gulat, Bima dan Dursasana keluar sebagai juara bersama. Ini di sebabkan keduanya tidak ada yang bisa mengalahkan yang lain. Dalam adu pedang, Nakula dan Sadewa unggul atas semua wakil kurawa. Begitu juga dengan adu panah, Permadi tak terkalahkan oleh semua jagoan kurawa.

Suyudana yang tidak ingin di permalukan akibat kekalahan kurawa di hampir semua bidang yang di perlombakan segera mencari akal. Ingat akan keistimewaan yang di miliki Basukarna, Suyudana mengusulkannya untuk maju mewakili Kurawa dalam perlombaan. Ide ini kemudian di tentang oleh Resi Krepa dengan alasan bahwa perlombaan hanya boleh di ikuti oleh kasta ksatria, bukan oleh orang biasa. Maka secara otomatis, keikutsertaan Basukarna tidak sah secara hukum. Mendapat tentangan dari penasehatnya, Suyudana tak kurang akal. Demi memenuhi persyaratan agar Basukarna bisa ikut perlombaan, maka raja Hastina itu memutuskan untuk mengangkat Basukarna sebagai adipati di Awangga.

Keputusan ini di setujui oleh semua keluarga Kurawa, termasuk oleh Krepa sendiri walaupun dengan berat hati. Akan tetapi keputusan ini oleh Pandawa di anggap berlebihan. Maka sepanjang pertandingan, kubu Pandawa terutama Bima, tak henti hentinya mengejek Basukarna ketika sedang bertanding dengan Permadi. Namun itu semua tak membuat Basukarna ciut nyali. Ia tetap bertanding dengan sepenuh hati melawan Permadi. Justru ejekan itu malah menjadi energi tambahan bagi Basukarna. Tekadnya untuk mengalahkan Permadi makin menggumpal. Dia sama sekali tak peduli kalau lawan tanding di depannya secara tidak langsung adalah gurunya , dia juga tak peduli dengan nama besar Permadi yang oleh banyak orang di sanjung sanjung sebagai pemanah terbaik di dunia.

Situasi yang berbeda justru di alami oleh Permadi. Walaupun itu untuk membela dirinya, tapi ejekan ejekan yang di lontarkan saudara saudaranya pada Basukarna, justru membuat panengah Pandawa ini merasa risih. Tanpa bantuan sorak sorai saudara saudaranya, Permadi sebetulnya sangat yakin bisa mengalahkan Basukarna yang ia ketahui hanya ahli dalam menunggang kuda. Rasa risih, kurangnya konsentrasi dan keyakinan yang berlebihan bisa mengalahkan Basukarna inilah yang akhirnya justru membuat Permadi menelan rasa malu. Di kalahkan untuk pertama kalinya oleh anak seorang kusir.

Sejak peristiwa itu, nama Basukarna sang adipati Awangga begitu dikenal seantero jagat raya. Semua orang memuji kemampuan Karna, semua keluarga Hastina menghormati Basukarna. Bahkan oleh Suyudana, Karna di anggap sebagai adiknya sendiri. Segala permintaan Basukarna di turuti, segala kemewahan duniawi tak segan segan di berikan oleh Suyudana pada pengikutnya ini. Kemuliaan, kemewahan dan pembelaan Suyudana, di balas oleh Basukarna dengan kesetiaan, dedikasi dan kerja sempurna. Apapun yang di perintahkan Suyudana, dia akan lakukan. Bahkan jika Suyudana memerintahkan dia terjun ke lautpun, ia akan lakukan.

Ksatria Awangga yang di percaya sebagai titisan Dewa Surya itu terus melaju bersama kyai Gagak Rimang menembus pekatnya malam. Hatinya lega, karena telah melakukan tugas yang di berikan Prabu Suyudana dengan sukses. Akan tetapi dalam benaknya masih ada pertanyaan yang sulit ia jawab. Mau di apakan tawanannya ini ?. Di buang di tengah jalan, di bawa serta kemana ia pergi, di tahan di Kadipaten Awangga atau di serahkan pada Prabu Suyudana ?. Atau apa ?.

Mata tajam Basukarna menatap pada tubuh molek yang terbujur lemas di punggung kudanya. Perasaan aneh merasuk ke dalam pikiran adipati Awangga itu. Tubuh sintal dengan balutan busana putri raja berwarna kuning terbuat dari tenunan sutra itu tampak jelas di mata Basukarna. rambutnya yang terjurai hitam berkibar menerpa wajah anak angkat Adirata itu. Begitu harum dan menggoda kelelakian sang Basukarna. Pria lajang kepercayaan raja Hastina ini melambatkan kudanya, mengarahkan tali kekangnya pada gubug kecil yang tampak kosong tak berpenghuni di pinggiran jalan. Dengan hati hati ia menurunkan tubuh Surtikanthi dan memanggulnya menuju gubuk kosong itu.

Ada rasa berdebar debar ketika dia tangannya memeluk pinggang Surtikanthi. Sejenak matanya menatap ke wajah Surtikanthi seolah ingin menelusuri setiap lekuk wajah putri Salya itu. Walaupun suasana begitu gelap, tapi bagi Basukarna yang telah di karuniai ilmu penglihatan tingkat tinggi, ia tetap bisa melihat dengan jelas wajah cantik di depannya.

“Pantas saja banyak pria yang berlomba lomba merebut hati anak anak prabu Salya” guman Basukarna sembari meletakkan tubuh Surtikanthi ke atas anyaman bambu yang ada di dalam gubuk itu.

Sejenak ia menarik nafas. Berusaha menekan perasaan aneh yang mulai menjalar di hatinya.

Inikah Banowati ?. Yang membuat Permadi tergila gila ?.

“Di mana aku ?” Permadi menyapu pandangan ke sekeliling. Sebuah ruangan sempit dengan atap terbuat dari anyaman dedaunan kelapa dan di topang oleh empat batang kayu kusam di setiap sudutnya. Dindingnya hanya terbuat dari papan papan kayu bekas yang di tempelkan secara tidak teratur. Bangunan yang sangat sederhana, atau mungkin bisa di bilang darurat. Dan sepertinya memang baru di dirikan, kalau di lihat dari tali tali pengikatnya yang masih tampak baru.

“Oh iya, Kawah Geni” serunya mulai ingat kejadian terakhir sebelum ia jatuh pingsan.

Tapi kemana ketiga pelayan setianya ?. Permadi menoleh ke kiri dan kanan. Tapi tak ia temukan sosok yang di carinya. Hingga matanya tertumbuk pada sebuah meja kecil yang terletak di sudut ruangan. Di atas meja kecil itu terdapat mangkuk berukuran sedang berisi satu porsi bubur sumsum dengan lauk paha ayam bakar di atasnya.

“Masih hangat” pikir Permadi memegangi mangkuk itu.

Aroma makanan yang menggugah selera. Dan tanpa mencari tahu siapa pemilik makanan itu, Permadi melahap habis bubur yang masih dalam keadaan panas tersebut. Dalam tempo singkat, mangkuk itu telah kosong.

“Aneh” Permadi memegangi perutnya, “kenapa aku masih merasa lapar ?”.

Bingung hati Permadi. Padahal yang ia makan porsinya lebih banyak dari biasanya. Tapi entah kenapa perutnya masih belum merasa kenyang?.

Kali ini mata Permadi tertuju pada kantung air berukuran besar yang tergantung di dinding ruangan. Segera ia raih benda itu, lalu menuangkan isinya ke mulut hingga habis tanpa menyisakan setetespun. Namun lagi lagi Permadi merasa aneh. Air sebanyak itu sama sekali tak membuatnya merasa kenyang. Ia tetap merasa haus dan kering kerongkongannya.

Mata Permadi kini memandang liar, mencari cari kalau kalau masih ada makanan maupun minuman yang bisa menanggulangi rasa laparnya. Dengan agak tergesa gesa, ia bongkar semua benda yang ada di ruangan itu. Keranjang, kotak barang, karung dan perkakas lainnya. Tapi tak ia temukan makanan yang tersisa. Hingga yang ke terakhir, dengan rasa jengkel ia banting sebuah kuali yang terbuat dari tanah liat di tangannya.

Brakk!!!!

Permadi duduk menyandarkan tubuhnya ke tiang bangunan. Dia masih tidak mengerti kenapa ada keanehan dalam dirinya. Ini jelas tidak biasanya. Pikir Permadi heran. Dia terbiasa lapar, bahkan berhari hari, tapi tidak seperti yang ia rasakan kali ini. Apa gerangan yang terjadi ?.

“Begitulah kalau manusia tidak pandai bersyukur. Tak pernah merasa puas dengan apa yang telah di karuniakan Tuhan kepadanya”.

Tiba tiba sesosok manusia yang mengenakan pakaian serba putih muncul dari pintu.

“Siapa kamu ?” tanya Permadi agak terkejut.

Pria berpakaian putih dengan tongkat rotan itu tidak segera menjawab. Dia berjalan menuju sebuah tikar anyaman tempat di mana tadi Permadi tertidur. Pria berbusana resi yang masih terlihat sangat muda itu lantas duduk bersila di atas tikar daun kelapa di tengah ruangan.

“Memiliki pasangan yang sangat setia rupanya belum cukup untuk membuat seorang pendekar terkenal Madukara terpuaskan”.

Kali ini Permadi mengernyitkan dahi. Di tatapnya dalam dalam lelaki berpakaian resi yang duduk di atas tikar tempat tidurnya.

“Siapa dirimu, wahai resi ?” tanya Permadi penasaran. Pendeta muda ini sepertinya tahu banyak tentang dirinya.

“Kasihan sekali dirimu” kata sang Resi seolah tak peduli dengan pertanyaan Permadi, “bagaimana  bisa, mencari kebahagiaan dengan mengorbankan kebahagiaan yang lain ?. Bagaimana mungkin menggapai kebahagiaan dengan cara tidak membahagiakan ?”.

Ucapan itu terdengar datar. Tapi terasa begitu tajam menusuk perasaan Permadi.

“Mohon jangan mempermainkan, Resi !” mulai hilang kesabaran Permadi.

“Wanita….oohh…wanita…” setengah berpuisi, “ lembut tapi melumpuhkan, diam tapi menghanyutkan, gemulai tapi menipu….”.

“Cukup!!!” bentak Permadi keras.

Seperti tak terpengaruh dengan gertakan Permadi, Resi muda itu tetap menyunggingkan senyum dan mengeluarkan kata kata sindirannya.

“Berapa banyak ksatria yang jatuh hanya karena perempuan ?” sang Resi seolah bertanya.

“Banyak” di jawabnya sendiri pertanyaan itu.

“Rahwana, Raja agung Alengka. Maharaja kuat dan tak terkalahkan. Tapi birahinya pada perempuan telah menjerumuskannya pada kekalahan. Siapa lagi ?. Ohhh…, leluhur bangsa Kuru. Ya…!. Hanya karena seorang perempuan, Prabu Sentanu menelan ludahnya sendiri dengan membatalkan posisi Dewa Brata sebagai calon pewaris tahtanya. Dan sekarang anak turun Sentanu harus menanggung karma permusuhan yang berlarut larut”.

Sindiran sang Resi kali ini tak pelak membuat Permadi tak bisa lagi menahan diri. Pendeta muda itu sudah keterlaluan dengan membuka luka lama trah Kuru.

“Tutup mulutmu, resi tengik!!”.

Bersamaan dengan makian itu, Permadi bergerak cepat dengan mengirimkan pukulan telak ke dada sang resi.

Wussss!!!

Bersambung
 

Jumat, 20 Juli 2012

Banowati Selingkuh (Part 10)

Sebuah perjalanan yang tak mudah. Setidaknya untuk mencapai Widarakandang, mereka memerlukan waktu kurang lebih 7 hari. Selain jaraknya yang cukup jauh, medannya juga di kenal cukup sulit. Wilayah Mandaraka, terutama bagian barat adalah sebuah wilayah tandus lagi gersang. Sebagian besar merupakan hamparan padang pasir nan luas. Para penduduk sering menyebutnya Kawah Geni (medan api). Sebuah kawasan yang suhu udaranya sangat panas di siang hari, dan sangat dingin di malam hari. Minim mata air atau oase dan juga jarang di temui adanya pemukiman. Jarak antara oase satu ke oase yang lain membutuhkan waktu seharian perjalanan dengan kuda, bahkan ada pula yang jauhnya sehari semalam perjalanan. Itupun tak semua mata air sanggup memancarkan airnya sepanjang tahun. Butuh keahlian khusus untuk mendeteksi keberadaan mata air dan pemukiman penduduk. Pengembara yang tidak berpengalaman melintasi Kawah Geni jangan terlalu berharap bisa keluar dengan selamat dari daerah gersang ini.

Bagi Permadi, ini adalah kedua kalinya ia melintasi Kawah Geni. Ada rasa minder, mengingat perjalanan pertamanya melintasi Kawah Geni tidak semulus yang ia bayangkan. Bahkan ksatria Madukara ini nyaris menemui ajal akibat menderita kehausan hebat sebelum akhirnya di selamatkan oleh seorang pengembara perempuan bernama Wara Srikandhi yang kebetulan juga melewati daerah itu. Atas jasa Srikandhi yang telah menyelamatkan nyawa Permadi beserta ketiga pengawal setianya, panengah Pandawa ini kemudian mengajari Wara Srikandhi beberapa tehnik memanah. Dari sinilah sebenarnya awal perkenalan antara Permadi dan Srikandhi. Dan kelak wanita petualang ini akan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Permadi.

“Ndoro, apa tidak sebaiknya kita cari jalan memutar saja. Petruk takut kejadian tempo hari terulang lagi” saran Petruk memperingatkan. Bagaimanapun ketiga pengawal pandawa ini layak khawatir jika terjadi apa apa di perjalanan. Maklum, persiapan logistik yang mereka sediakan terbilang minim. Hanya beberapa potong roti yang bahkan untuk satu orang saja masih kurang. Cadangan air juga hanya 2 kantong. Hanya cukup untuk mereka berempat sebelum mencapai oase pertama. Dan jika sewaktu waktu kuda mereka kehausan, tak ada lagi persediaan. Belum di tambah dari kemarin majikannya tidak memakan satu barang satu makananpun. Kondisi ini tentu saja sangat membahayakan. Walaupun mereka tahu, tuannya adalah orang yang tahan lapar, akan tetapi berjalan di tengah terik matahari nan menyengat dengan kondisi perut kosong bukan pertanda baik. Maka, mengambil rute memutar yang walaupun lebih jauh dan lama adalah solusi yang sangat tepat. Setidaknya mereka bisa menghindari bahaya kelaparan dan kehausan.

“Benar ndoro” timpal Petruk,”sebaiknya kita menempuh jalur lain saja. Persediaan makanan kita tidak cukup”.

Permadi menarik tali kekang kudanya, yang kemudian di ikuti ketiga pengikutnya.

“Kalau takut mati, lebih baik kalian balik ke Mandaraka saja” ucap Permadi singkat yang kemudian di barengi tepukan keras pada perut kuda hitam tunggangannya. Seketika binatang berkaki empat itu melesat cepat membelah padang pasir.

“Gimana, Truk ?” tanya Bagong gelisah.

“Ya sudah. Siap siap aja di jemput Yamadipati” tukas Petruk setengah mengejek.

Dan seperti di komando, ketiganya lantas memacu kuda mereka membuntuti majikannya yang sudah jauh memasuki kawasan Kawah Geni. Hampir 2 jam ketiga anggota Punakawan ini berusaha mengejar Permadi, namun perbedaan kemampuan dalam hal menunggang kuda membuat ketiganya justru makin lama makin tertinggal jauh, hingga bayangan Permadi perlahan lenyap di telan teriknya padang pasir Kawah Geni.

“Kita ikuti jejaknya saja!” Petruk mengomandoi.

“Kenapa sih, ndoro Permadi kesetanan seperti itu ?” Bagong menggerutu.

Ketiganya kembali menggeber tunggangannya yang tampak mulai keletihan. Menjelang sore, usaha mereka mengejar sang majikan tampak menemui keberhasilan. Lamat lamat dari kejauhan kepulan debu yang di timbulkan oleh jejak kaki kuda mulai terlihat nyata. Pertanda Permadi sudah berada tak jauh dari mereka. Raut muka sumringah sontak menyembul dari wajah mereka.

“Ndoro…!!!” teriak Petruk memanggil pada sosok penunggang kuda yang mulai berada tak jauh di depan mereka.

Kuda Permadi tampak melambatkan larinya, tapi pemiliknya seolah tak mempedulikan kehadiran ketiga pengejarnya.

“Ndoro!!!” panggil Petruk begitu berhasil menjajari majikannya.

“Waduhh!” betapa terkejut Petruk manakala melihat kondisi majikannya. Permadi tampak sempoyongan di atas kuda. Wajahnya terlihat pucat dan kelelahan. Sorot matanya menunjukkan bahwa ksatria Madukara ini dalam kondisi yang sangat lelah. Secepat kilat Petruk melompat dari atas kuda tunggangannya. Segera ia meraih tali kekang kuda majikannya yang sudah terlepas dari genggaman. Dan dengan sekali tarik, kuda itu meringkik lalu berhenti.

“Kenapa, ndoro ?” tanya Gareng serta merta ikut turun dan membantu Petruk memapah Permadi yang mulai tak sadarkan diri.

“Air, Gong!”.

Bagong yang mulai menyadari bahwa Permadi dalam kondisi kritis, tergesa gesa menuangkan kantung air ke mulut Permadi.

“Bangun ndoro!” Petruk mengguncang guncang bahu Permadi untuk membuat majikannya tersadar. Tapi entah kenapa berkali kali ia berusaha, Permadi belum juga sadarkan diri. Gareng dan Bagong yang juga khawatir bukan main akan keselamatan tuannya, tak ketinggalan meraung raung membangunkan Permadi.

“Sadar ndoro!”.

“Ingat ndoro!!”.

“Bangun!”.

Segala upaya di lakukan, termasuk memasukkan remahan roti ke mulut Permadi. Tapi hingga sekian lama upaya mereka tak jua berhasil. Permadi yang terkenal garang dalam bertarung dan terbiasa tirakat, kini terlihat lemah tak berdaya. Hawa panas Kawah Geni di tambah seharian berada di atas kuda dengan perut tak terisi selama 2 hari, benar benar membuat nyawa panengah Pandawa itu kritis.

“Apa yang harus kita lakukan, Truk ?” Bagong tampak kebingungan bukan main.

Petruk menggeleng.

“Kalau sampai ndoro Permadi mati, kita bakal di murkai keluarga Pandawa. Bahkan para dewa juga bakal mengutuk kita” ucap sang Gareng ketakutan.

“Jangan ngomong sembarangan!” Petruk menasehati.

“Sebaiknya kita cari akal bagaimana bisa sampai di mata air Sendang Sari. Di sana pasti ada orang yang bisa kita harapkan untuk menolong ndoro Permadi” kata Petruk.

Sendang Sari adalah  mata air pertama di tengah Kawah Geni yang paling dekat meraka jangkau. Salah satu oase yang tak pernah henti mengeluarkan cadangan airnya sepanjang tahun. Para pengembara biasanya menggunakan kawasan Sendang Sari untuk beristirahat, mempersiapkan perbekalan dan membuat tenda sekaligus memulihkan kondisi kuda kudanya.

“Berapa jauh lagi, Truk ?” Bagong bertanya.

“Kalau kita bisa lebih cepat, selepas matahari terbenam kita akan mencapainya”.

Akhirnya, tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, ketiganya kemudian menaikkan Permadi di atas kudanya, mengikatnya di punggung kuda dan menarik binatang itu berjalan dengan hati hati menuju ke Sendang Sari.

Kecewa hati Surtikanthi. Usahanya untuk menjerumuskan Banowati gagal sudah. Ayahnya bahkan secara pribadi mengajak bicara pada Banowati tentang sesuatu yang tidak ia mengerti. Apakah terkait dengan kasus yang barusan ia laporkan, ataukah tentang hal lain. Untuk menanyakan langsung pada ayahandanya, Surtikanthi merasa tak punya keberanian. Tapi unuk bertanya langsung pada Banowati, ia juga merasa gengsi.

“Kamu yakin, Banowati keluar dari keputren bersama Burisrawa ?” tanya Surtikanthi pada adiknya, Rukmarata.

“Sebenarnya, Rukma nggak yakin kang mbok” jawab Rukmarata.

“Tapi aku tidak punya bukti lain” kilahnya.

“Tiga orang yang menghadang prajuritmu itu gimana ?” Surtikanthi menyelidik.

Rukmarata mengernyitkan dahi, pikirannya menerawang ke belakang untuk mengingat ingat kembali kejadian malam itu.

“Waktu itu kondisinya cukup gelap. Hanya ada cahaya obor yang tidak terlalu terang” Rukmarata menerangkan, “satu orang berbadan tinggi, satunya lagi gendut dan yang lain berkaki pincang. Gaya bertarungnya tidak seperti anak buah kakang Burisrawa”.

Surtikanthi terkejut. Lalu mendekatkan wajahnya pada Rukmarata.

“Kenapa kamu nggak mengatakan pada ayah ?” ucapnya menyalahkan.

“Rukma takut kalau asal tuduh” kilah Rukmarata.

“Kangmbok yang tanggung jawab!” potong Surtikanthi.

Kedua anak Salya itu terdiam. Seperti ada yang mereka sesali.

Telah lama antara Surtikanthi dan Banowati terlibat perseteruan sengit. Penyebabnya sebenarnya sangat sepele. Surtikanthi merasa iri dengan kecantikan yang di miliki Banowati. Surtikanthi merasa sakit hati, manakala Banowati yang notabene adalah adiknya, lebih banyak di elu elukan oleh rakyat Mandaraka perihal kecantikannya daripada dirinya. Faktor lain yang membuat pertentangan keduanya makin panas adalah soal siapa yang paling berhak menyandang gelar Pangeran Pati. Surtikanthi mendukung Rukmarata sebagai calon Raja Mandaraka karena adik bungsunya ini memiliki kemampuan lebih di banding kakaknya, sementara Banowati menganggap bahwa Burisrawa lebih berhak mendapatkan gelar itu, sebab ia lebih tua dari Rukmarata.

Bagi Surtikanthi, naiknya Rukmarata sebagai penerus tahta akan banyak memberikan keuntungan baginya. Setidaknya ia lebih bisa mengontrol adik bungsunya ini ketimbang harus berhadapan dengan Burisrawa yang di kenal berandalan, kampungan, susah di atur dan memiliki tabiat buruk. Jika orang seperti Burisrawa berhasil menduduki singgasana Mandaraka, tak terbayang bagaimana nasib Surtikanthi. Dan juga tak terbayang bagaimana nasib negeri Mandaraka di bawah kepepmimpinan seorang Raja yang hoby hura hura.

“Begini saja, nanti malam kita datangi Banowati. Kangmbok curiga, ayah membicarakan rencana pengangkatan pangeran pati pada Banowati” Surtikanthi membujuk Rukmarata.

“Ahh, mana mungkin ?” Rukmarata sangsi. “Bukankah negara baru berduka atas hilangnya kangmbok Herawati ?”.

“Justru itu Rukma” kelit Surtikanthi.

“Justru dengan mengangkat seorang pangeran pati, ayah ingin masalah Herawati tidak terus menerus membuat seisi kerajaan bersedih”.

“Nggak masuk akal” tukas Rukmarata.

Surtikanthi mendehem.

“Ya sudah, kalau kamu sudah tak mau menuruti kata kangmbokmu ini” tegas Surtikanthi dengan mimik dongkol.

“Bukan…bukan…”.

“Terserah kamu saja Rukma. Aku melakukan ini semua untukmu!” setelah berkata demikian, Surtikanthi lantas bangkit dan beranjak meninggalkan Rukmarata.

“Tunggu…tunggu!” kejar Rukmarata mensejajari langkah kakak perempuannya.

“Apalagi ?. Heh ?”.

“Aku ikut!”.

Surtikanthi menatap tajam ke arah adiknya, untuk memastikan kesungguhan Rukmarata. Baru setelah ia merasa yakin, Surtikanthi berkata,

“Bawa orang orangmu. Nanti malam kita paksa Banowati bicara!”.

Rukmarata mengangguk. Malam itu juga keduanya bergerak menuju kediaman Banowati dengan di kawal sepuluh prajurit pilihan. Mereka sengaja memilih malam hari karena sangat yakin Burisrawa yang tinggal tak jauh dari rumah Banowati biasanya tak pernah di rumah jika malam hari.

“Banowati!!” teriak Surtikanthi seraya menggedor pintu.

Dua orang prajurit penjaga yang bertugas mengamankan kediaman Banowati bergegas menghampiri rombongan Surtikanthi.

“Kemana majikanmu ?” labrak Surtikanthi tak sabaran.

“Gusti Banowati sedang keluar, gusti Surti” jawab salah seorang di antaranya gemetaran.

“Bohong!!!”.

“Benar gusti. Hamba tidak bohong”.

Surtikanthi melirik ke arah Rukmarata. Seperti sudah mengerti apa yang di inginkan kakaknya, Rukmarata maju mendekati penjaga kediaman Banowati itu. Dengan sekali tarik, leher prajurit itu sudah berada di genggaman Rukmarata.

“Pergi kemana kangmbok Banowati?” desak bungsu Salya itu dengan sorot mata tajam mengancam.

“Ampun gusti…! Ampun!. Uhhukk…uhhhuk..”cekikan Rukmarata kontan saja membuat sang prajurit tersedak dan kesakitan.

“Katakan terus terang!” Rukmarata melepaskan cekikannya.

Dengan nafas yang masih tersengal sengal, penjaga ini berkat, “gusti Bano sejak tadi sore keluar keputren dengan di sertai Raden Burisrawa, gusti Rukma!”.

“Kemana ?”

“Hamba kurang tahu”.

Mendengar jawaban yang tidak memuaskan, Rukmarata naik darah.

“Bangsat!!”.

Sebuah bogem mentah melayang menghajar penjaga itu, seketika penjaga rumah Banowati itu terpental dan ambruk mencium tanah.

“Tahan amarahmu, Rukma!” Surtikanthi meredam emosi adiknya.

Putri kedua prabu Salya itu berjalan ke arah penjaga yang lain dengan wajah tak kalah bengisnya.

“Mana kunci rumah gustimu ?” tanya Surtikanthi setengah memaksa.

Takut akan mengalami nasib yang sama dengan kawannya, dengan tubuh gemetar penjaga ini segera merogoh saku dan menyerahkan sebuah anak kunci pada Surtikanthi.

“Rukmarata!”

“Iya kangmbok”.

“Bawa 5 orangmu mencari kemana larinya Banowati. Yang lain tinggal di sini bersamaku menggeledah rumah Banowati!” perintah Surtikanthi.

“Siap, kangmbok!” sambut Rukmarata yang kemudian segera bergerak cepat mencari jejak Banowati.

Kurang ajar sekali Banowati. Berani beraninya dia melanggar peraturan ayahnya dengan meninggalkan keputren. Pikir Surtikanthi murka. Di bukanya pintu rumah Banowati, lima pengawalnya segera menghambur masuk untuk menggeledah seisi ruangan. Sementara Surtikanthi dengan langkah tergesa memasuki kamar Banowati yang terletak di sudut ruangan.

“Anjing!!!” maki Surtikanthi ketika menyadari tak di temuinya Banowati di kamar.

Kemana perginya Banowati ?.

Merasa tak mendapatkan buruannya, Surtikanthi bergerak ke ruangan lain. Dapur, kamar mandi hingga kebun kelapa yang terletak di belakang rumah Banowati.

“Semua ruangan sudah kami geledah, tapi tidak kami temukan gusti!” lapor salah satu pengawalnya pada Surtikanthi.

Belum sempat Surtikanthi mengatakan sepatah katapun, tiba tiba sebuah bayangan hitam meluncur cepat menuruni pohon kelapa yang berada tak jauh dari tempat dimana putri Salya itu berdiri. Gerakannya sangat cepat, hingga tak di sadari telah berada di depan Surtikanthi.

“Awas gusti!!!”.

Menyadari majikannya dalam bahaya, pengawal Surtikanthi yang berdiri tepat di belakang sosok misterius itu segera mencabut senjata dan merangsek maju guna melindungi Surtikanthi. Tapi nahas, belum sempat ia mengayunkan pedangnya, sebuah tendangan keras menghajar dadanya.

Brukk!!!

Tubuh anak buah Rukmarata itu melayang bak kapas dan mendarat menghantam batang pohon kelapa.

“Siapa kamu!” bentak Surtikanthi keras pada sosok berpakaian serba hitam, bertubuh gagah, membawa busur panah dengan muka tertutup kain berwarna hitam yang berdiri dengan tatapan mengancam ke arah Surtikanthi.

“Aku Permadi, panengah Pandawa” jawab lelaki misterius itu berjalan mendekati Surtikanthi.

“Mau apa kamu ?”

“Prajurit!!!” teriak Surtikanthi panik.

Empat prajurit dengan senjata lengkap keluar satu persatu dari pintu belakang rumah Banowati. Terkejut bukan main ke empat pengawal Surtikanthi itu melihat kehadiran manusia asing berpakaian serba hitam itu. Dan tanpa di komando secara bersamaan mereka menghunus senjata lalu menyerang sosok misterius yang berusaha mengganggu majikannya.

Trang!!!.

Benturan antar senjata tak terhindarkan. Sabetan, tusukan dan pukulan bertubi tubi mengarah ke tubuh sosok asing itu. Namun dengan sikap tenang dan terukur lelaki asing itu mengibas kibaskan busur panahnya menahan gempuran empat pengawal Surtikanthi. Kendati di keroyok oleh empat prajuri terlatih sama sekali tak membuat sosok hitam itu kewalahan.

Surtikanthi yang menyadari bahwa empat pengawalnya justru semakin di buat keteteran, segera memutar otak.

“Penculik…! Ada penculik!!!” teriaknya berusaha memancing perhatian seisi penghuni keputren.

Dan tak berapa lama belasan prajurit Mandaraka telah hadir di tempat itu. Mereka sebagian adalah penjaga kediaman Banowati, sebagian lagi adalah anak buah Burisrawa yang kebetulan mendengar teriakan Surtikanthi.

“Tangkap penjahat itu!!!” perintah Surtikanthi pada belasan prajurit yang baru tiba.

Seketika mereka segera melompat membantu empat prajurit yang sudah lebih dulu menyerang sosok hitam itu. Suasana kini makin gaduh. Teriakan kemarahan dan kesakitan susul menyusul membahana membelah sang malam. Denting senjata beradu di iringi kilatan kembang api tampak semakin banyak terlihat. Tapi hingga sekian jurus, tak ada tanda tanda sosok hitam itu bisa di takhlukkan. Yang terjadi malah satu persatu pengeroyoknya terpental keluar dari arena dengan luka pukul yang cukup serius.

“Ayo hajar!!!” teriak Surtikanthi memberi semangat. Tapi lagi lagi ia harus kecewa, karena bukan sosok hitam itu yang terjepit, justru yang terjadi semakin banyak prajurit Mandaraka yang tersungkur kesakitan.

Menyadari situasinya tidak menguntungkan, Surtikanthi segera berpikir cepat untuk kabur. Tapi sial bagi Surtikanthi, belum ia melangkah lebih jauh, sebuah tangan kekar menangkap bahunya. Surtikanthi berbalik dan berusaha melawan dengan mengirimkan pukulan yang tak seberapa kuat ke arah sosok hitam itu.

Dukk!!!

Sebuah totokan di tengkuk Surtikanthi seketika menghilangkan kesadaran putri Salya itu. Dan dengan gerakan cepat lelaki misterius itu memanggul tubuh Surtikanthi.

“Lepaskan gusti Surtikanthi!!!”.

Lima orang prajurit tersisa berlari mengejar, tapi apes buat mereka, lima mata panah meluncur deras menembus kaki dan membuat tubuh mereka limbung lalu ambruk dengan luka parah di bagian kaki.

Tanpa menunggu lama, sosok hitam itu segera berkelebat di antara pepohonan kelapa lalu menghilang dengan membawa lari Surtikanthi.

Bersambung...

Penulis : Ki Dainx Dalang Gubrak