Selasa, 21 Februari 2012

Legenda Nyai Dasima

Perempuan itu cantik sekali. Karena kecantikannya, tuan Edward terpikat dan berupaya dengan berbagai cara untuk mendapatkannya. Ia adalah Dasima wanita yang berasal dari Kahuripan. Dasima wanita cantik yang enggan hidup melarat. Karenanya Dasima dengan senang hati menjadikan dirinya sebagai wanita piaraan tuan Edward. Hasil hubungan mereka membuahkan seorang anak wanita bernama Nancy.

Meskipun telah beranak, Dasima tetap cantik seperti masa perawannya. ltulah yang mendorong tuan Edward laki-Iaki asal Inggris tak segan-segan memberikan sebuah rumah serta para pembantu yang siap melayani keperluan Dasima. Semula Dasima dan tuan Edward menetap di Curug Tangerang, kemudian pindah ke Pejambon.

Setiap lelaki dewasa yang lewat didepan rumahnya, manakala melihat Nyai Dasima, maka menitiklah air liur mereka. Bagi mereka yang telah beristeri, tumbuh sesaat penyesalan, mengapa tidak beristerikan wanita itu saja, pastilah hidup bahagia cahaya kecantikan yang terpancar dari bola mata dan liuk lekuk tubuhnya.

Bagi lelaki perjaka dan duda, ada setetes keinginan untuk memperisterikan Nyai Dasima. Sungguh, ada magnit yang melekat ditubuhnya membuat lelaki secara refleks mengalih pandang kearah rumah Dasima dan berharap bisa melihat meskipun sehelai rambut lewat jendela. Samiun lelaki yang beruntung karena punya paman seorang tentara dengan jabatan Komandan Onder Distrik Gambir, sehingga punya peluang untuk berkesempatan masuk ke rumah Nyai Dasima atas urusan pamannya. Samiun sekalipun telah beristerikan Hayati, tetapi melihat Nyai Dasima, goncanglah ketahanan jiwanya. Hayati isterinya yang dahulu dipuja dan diburu kini baginya hampir bagaikan kendaraan tua rongsokan bilamana dibandingkan dengan Nyai Dasima ibarat kereta kencana para raja. Samiun tergila-gila dan merubuhkan pilar imannya, menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan seorang Nyai Dasima yang dimatanya bagaikan Cleopatra seperti dalam Mitologi Yunani ataupun bagaikan Sinta dalam cerita pewayangan.

Samiun dengan segala daya upaya mengumpulkan uang, lalu mencari Haji Salihun di Pecenongan untuk minta guna-guna agar bisa memetik kuntum Pejambon, Nyai Dasima yang cantik rupawan. Samiun dengan akal liciknya berhasil menyuap mak Buyung untuk menjadi perantara sekaligus ujung tombak panah asmaranya agar bisa menancap direlung hati Nyai Dasima.

Berbekal sehelai rambut Nyai Dasima yang diperoleh lewat tangan kotor mak Buyung, mengendalikan permainan mistik. Nyai Dasima berubah, kini Samiun dimatanya adalah pria tergagah di Batavia, yang tak sebanding bilaman dijejer dengan Edward yang tak lebih dari lelaki tua karatan yang tak ada harga di pasar Senen. Melalui permainan mistik, Nyai Dasima menyongsong Samiun yang menanti ditepi kali dengan getek bambu. Mereka pergi kerumah Mak Soleha ibunya Samiun. Nyai Dasima menetap di rumah itu, di bilangan Kwitang.

Sebelum menggelar rencana, Samiun telah berkolusi dengan Hayati sang isteri. Dengan janji harta untuk Hayati, disetujui Samiun menikahi Nyai Dasima dengan harapan dapat meraup harta. Persetujuan isterinya membuat Samiun percaya diri dalam mendapatkan Nyai Dasima.

Perempuan cantik kembangnya Pejambon, kini berada dalam rumahnya, menurutnya seperti kerbau dicucuk hidungnya. Samiun memanggil penghulu agama dan pernikahan dilangsungkan. Ketika pernikahan berlangsung di tangan Nyai Dasima ada nilai harta sebesar 6000 Gulden, suatu jumlah yang sungguh banyak dibanding gaji seorang wedana di Batavia tak lebih dari 50 Gulden.

Samiun menyayangi Nyai Dasima, demikian juga Mak Soleha serta Hayati. Namun berangsur hari dan makin susut rasa sayang tersebut karena harta yang dibawa Nyai Dasima semakin berkurang dan akhirnya ludes. Kini Nyai Dasima menjadi beban mereka. Sebenarnya masih ada hartanya, tetapi di Pejambon dan itu tak mungkin diambil.

Melihat perilaku Hayati, Mak Soleha dan Samiun yang berubah total, Nyai Dasima sadar bahwa dirinya menjadi objek Samiun, Hayati dan Mak Soleha. Nyai Dasima tak tahan lagi dan minta cerai. Samiun setuju menceraikan dengan syarat harta Nyai Dasima yang ada di Pejambon pemberian tuan Edward harus diserahkan pada Samiun.

Hayati sangat berperan dalam menentukan langkah Samiun. Hayati terus mendesak agar Samiun bisa memperoleh harta Nyai Dasima. Dengan berbagai upaya Samiun mencoba melunakkan hati Nyai Dasima agar bersedia mengalihkan hartanya, tetapi hal itu sulit dilakukan Nyai Dasima. Tidak mungkin ia kembali ke Pejambon menemui tuan Edward, jangan-jangan kemurkaan dan penjara yang didapatnya karena telah mempermalukan tuan Edward dimata orang Belanda dan Eropa umumnya.

Samiun menceraikan Nyai Dasima tetapi tak mendapatkan hartanya, sementara Nyai Dasima tetap berada di rumah karena tak punya saudara di Batavia, tak punya uang lagi untuk pulang ke kampungnya, tak punya keberanian menemui tuan Edward untuk memohon pengampunan atas kecurangan yang dilakukannya.

Hayati menjadi semakin kesal melihat Nyai Dasima yang telah berubah menjadi beban bagi keluarganya. Hayati mendesak Samiun untuk menyingkirkan Nyai Dasima.

"Buat apaan dia disitu, kalo nyusahin kite Un", ujar Hayati pada Samiun.

"Sabar, Gue pan mesti mikir gimane caranya" jawab Samiun. Samiun yang terus didesak oleh Hayati untuk mengusir Nyai Dasima karena tidak bermanfaat lagi baginya, serta ketidaktepatan janji Samiun linglung dan mengambil keputusan penuh yaitu menghabisi nyawa Nyai Dasima.

Untuk melakukan hal itu, Samiun tak sanggup sendiri, perlu menggunakan tangan orang lain. Untuk hal itu, Samiun menyewa bang Puasa jagoan dari Kwitang dengan upah 100 Pasmat. Samiun merundingkan teknis pelaksanaan penghabisan nyawa Nyai Dasima. Akhirnya mereka menyepakati cara terbaik yang harus dilakukan Samiun menyerahkan panjar sebesar 5 pasmat kepada bang Puasa, kemudian kembali ke rumahnya.

Sikap Samiun mengembangkan senyum yang manis sekali kepada Nyai Dasima. Mak Soleha menjadi kaget, mengapa Samiun bukannya mengusir Nyai Dasima malah berbaikan. Hayati yang mendengarkan cerita dari Mak Soleha tentang sikap barn Samiun menjadi sangat kesal. Ingin saja ia pergi ke rumah itu untuk menghabisi nyawa Nyai Dasima.

Sikap Samiun yang simpatik dan terkesan melindunginya membuat semangat Nyai Dasima tumbuh, serta hadir perasaan menyayangi kepada Samiun. Samiun mengajak Nyai Dasima ke kampung Ketapang untuk mendengarkan' pertunjukan seni tutur tentang Amir Hamzah. Nyai Dasima yang telah melimpahkan harapannya kepada Samiun langsung setuju dengan ajakan tersebut. Nyai Dasima berharap mungkin malam ini adalah malam terindah dengan Samiun, dapat berjalan dibawah sinar rembulan sambil bercengkerama menumpahkan perasaannya selama ini terkandas di dasar lautan kebencian Hayati dan Mak Soleha.

Nyai Dasima segera bersolek secantik mungkin dengan sisa bahan kecantikan yang dimilikinya. Mak Soleha menjadi jijik dan hampir saja meludahi muka Nyai Dasima, untung ada Samiun sehingga masih ada rasa segan pada sang anak. Mak Soleha memanggil Samiun dan berkata, "Un apa gue nggak saleh pandang ?"

"Ada ape nyak ?" "Bukannye orang itu udah lu ceraiin ?" "Pan dulu nyak, sekarang pan laen." "Laen apenye, apa elmu pelet ngebalik ame diri lu ?" "Lha bukan nyak."

Mak Soleha menjadi aneh dengan perilaku Samiun, jangan-jangan ilmu pelet Samiun menjadi bumerang buat Samiun. Hayati yang mendengarkan laporan Mak Soleha kelihatannya acuh tak acuh. Hayati sendiri sudah hilang kesabaran atas janji Samiun yang akan memberikan harta yang banyak buatnya. Sekarang Hayati masa bodoh, tak ada gunanya berharap lagi, dan rasanya tak ada urusannya lagi dengan Nyai Dasima dan Samiun. "Ti... lu kok masa bodoh ?" tanya Mak Soleha keheranan. "Abis, mau diapain lagi, gua nggak percaya ame Samiun". "Kalau Samiun jadi pergi dengan Nyai Dasima dan nggak balik lagi pegimane ?". "Biarin, gue juga bisa cari lelaki laen." "Astaghfirullah !" "Percuma nyak ngucap kalu niatnya nggak baek ame orang itu." Mak Soleha menjadi kaget dengan pernyataan Hayati seakan menuding dirinya ikut dalam permainan kotor mendapatkan harta milik Nyai Dasima. Mak Soleha menjadi bend dengan Hayati dan bertekad minta pada Samiun untuk menceraikan Hayati, biarlah dengan Nyai Dasima saja. Mak Soleha berubah pikiran dan menyesali sikapnya yang sempat membenci Nyai Dasima belakangan ini. 

Mak Soleha segera kembali ke rumahnya tetapi mendapati Samiun dan Nyai Dasima telah pergi.Samiun dan Nyai Dasima pergi ke Ketapang. Mereka bergandengan tangan bagaikan dua sejoli yang baru mengenal cinta pertama. Sambil berjalan, Samiun kelihatan gugup. Ingin saja mengurungkan niat untuk tidak jadi pergi, tetapi menjadi bimbang manakala mengingat Hayati yang terus mendesaknya, dan Mak Soleha yang selalu menatap dengan nanar dan lecehan."Rangkulin pinggang aye Un." pinta Nyai Dasima"Kayak orang baru demenan aje." sahut Samiun, tetapi tangannya melingkar di pinggang Nyai Dasima. Samiun menghentikan langkah, Nyai Dasima ikut berhenti dan bertanya."Ade apa Bang Miun ?""Kite jalan sono aje.""Pan jalan Ketapang lewat sini. ""Abang kuatir kalo-kalo ada opas Belande, nanti kita bisa di tangkap, lagian tuan Edward pasti masih nyariin lu."


Mereka menggunakan jalan lain, jalan setapak yang akan melewati sebuah kali dengan jembatan titian bambu. Di ujung tepian kali tempat menyeberang, Samiun melepaskan Nyai Dasima sendiri di belakang, bukannya menuntun tangan Nyai Dasima agar tidak terpeleset manakala menyeberang.Nyai Dasima tertinggal di belakang dan memanggil Samiun tetapi Samiun meneruskan langkah untuk sampai ke tepian seberang kali. Dalam kesempatan itu, sebuah bayangan muncul. Bayangan seorang lelaki kekar dengan sigap memburu kearah Nyai Dasima : Sambil mengirimkan pukulan maut ke tengkuk Nyai Dasima. Pukulan itu meleset karena Nyai Dasima sempat melangkah sebelum tangan lelaki kekar itu mendarat, sehingga yang terkena bagian belakang tetapi sakitnya bukan main, Nyai Dasima menjerit memanggil samiun. samiun dengan tenang dan meneibir berkata," Ajallu udah sampe biarin, pasrahin aje diri lu." Nyai Dasima berusaha lari untuk minta perlindungan pada samiun yang telah berdiri di seberang tepian kali, memang sudah naas bagi Nyai Dasima, sebuah pukulan keras yang keluar dari tangan seorang jagoan terkenal Bang Puasa, mendarat tepat pada posisi yang sensitif di bagian tengkorak kepala, dan Nyai Dasima rubuh bagai daun kering disapu badai gurun. Matanya sebelah kanan melotot, lidah terjulur keluar yang sebagian putus tergigit gigi yang merapat akibat tekanan dari atas, darah mengueur dari hidung dan mulut, Nyai Dasima rubuh, dan Bang Puasa menyongsong dengan golok tergenggam langsung menggorok leher Nyai Dasima. Tamatlah ajal Nyai Dasima yang disertai semburan darah yang keluar dari urat di lehemya.Samiun berdiri terpaku, kemudian memburu Nyai Dasima yang telah berubah menjadi seonggok bangkai manusia. samiun mengangkat mayat Nyai Dasima dengan belah tangannya. Kenangan indah ketika baru pertama menjadi isteri dengan Nyai Dasima lewat dimatanya bagaikan slide membuatnya menitikan air mata. Bang Puasa dan samiun berembuk sebentar untuk membuang mayat Nyai Dasima di kali Ciliwung, kemudian melemparkannya ke kali Ciliwung.Si Kuntum yang berjalan bersama Bang Puasa dianeam bunuh bila membuka rahasia kematian Nyai Dasima. Sementara di seberang kali dibalik rerimbunan pohon, Musanip dan Ganip yang sedang memaneing menyaksikan peristiwa itu dengan jelas, dan keduanya ketakutan, bersembunyi agar tidak diketahui oleh Bang Puasa. Isteri Musanip yang rumahnya berdekatan dengan peristiwa itu terjadi, sempat mendengar jeritan Nyai Dasima, dan mengintip melalui celah dinding bambu rumahnya, dan ketakutan akan diketahui oleh Bang Puasa.Bangkai Nyai Dasima hanyut terbawa arus kali Ciliwung. Bangkai tersebut kemudian menyangkut di tangga tempat mandinya tuan Edward, orang yang pemah memeliharanya sebagai isteri piaraan. Tuan Edward sangat masgul, menangis melihat tubuh Nyai Dasima yang rusak. Tuan Edward segera melaporkan ke polisi tentang kematian Nyai Dasima. Di depan polisi tuan Edward mengakui bahwa Nyai Dasima adalah isterinya. Karena pengaduan tersebut polisi distrik Weltevreden menganggap hal ini sebagai persoalan serius yang bisa mengancam jiwa setiap orang Eropa khususnya Belanda. Polisi menerapkan cara mengadakan sayembara berhadiah 200 pasmat bagi siapa saja yang bisa memberikan keterangan akurat tentang Nyai Dasima, siapa yang menbunuhnya. Tergiur oleh jumlah uang, Kuntum, Musanip dan Ganip tak kuatir kemungkinan kemarahan Bang Puasa di kemudian hari. Mereka melaporkan kepada polisi tentang kejadian yang dilihat. "Jadi si Puase yang bunuh itu Madam Edward ?" "Betul, Tuan." "Bagus, kamu orang pantas diberi hadiah nanti." "Tapi kami takut, Tuan." "Takut apa ?" "Takut ame Bang Puasa." "Ne Kamu orang jangan takutAtas dasar laporan tersebut, polisi menangkap Bang Puasa serta barang bukti golok yang belum sempat di bersihkan dari darah Nyai Dasima. Sedangkan Samiun melarikan diri dan tak kembali lagi ke Kwitang karena takut ditangkap, sebab dialah dalang yang menyewa Bang Puasa untuk membunuh Nyai Dasim
Sumber : Jakarta.go.id

Minggu, 12 Februari 2012

Menelanjangi Wahhabi

Bukan Resensi: Cuma iseng, tapi SERIUS!!

Menelanjangi Wahhabi

“Membongkar Kekejaman Wahhabi dan Kejahatan dalam Pemalsuan Kitab Ulama Klasik”

Kata Pengantarnya ditulis oleh Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj, M.A. dan ada pendapat dari KH. Ma'ruf Amin (MUI), Muhammad Arifin Ilham juga. Pas kan? heheh

Beberapa waktu lalu, penulis ‘cangkruk’ di rumah sahabat lama. Di antara meja bukunya, penulis menemukan sebuah buku yang judulnya menarik untuk dilihat, buku yang penulis lihat berjudul “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahhabi: Mereka Membunuh Semuanya Termasuk Para Ulama.” Bagaimana? Berdesirkah rasa keingin-tahuan anda ketika membaca judul tersebut? J, buku-buki ini diterbitkan oleh Pustaka Pesantren, TAHUN INI. Mungkin ini karena memang banyak yang sudah “gerah” atas tindak tanduk pemahaman dan metode Wahhabi selama ini.


 MENELANJANGI WAHABI

Bukan Resensi: Cuma iseng, tapi SERIUS!!

Menelanjangi Wahhabi

“Membongkar Kekejaman Wahhabi dan Kejahatan dalam Pemalsuan Kitab Ulama Klasik”

Kata Pengantarnya ditulis oleh Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj, M.A. dan ada pendapat dari KH. Ma'ruf Amin (MUI), Muhammad Arifin Ilham juga. Pas kan? heheh

Beberapa waktu lalu, penulis ‘cangkruk’ di rumah sahabat lama. Di antara meja bukunya, penulis menemukan sebuah buku yang judulnya menarik untuk dilihat, buku yang penulis lihat berjudul “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahhabi: Mereka Membunuh Semuanya Termasuk Para Ulama.” Bagaimana? Berdesirkah rasa keingin-tahuan anda ketika membaca judul tersebut? J, buku-buki ini diterbitkan oleh Pustaka Pesantren, TAHUN INI. Mungkin ini karena memang banyak yang sudah “gerah” atas tindak tanduk pemahaman dan metode Wahhabi selama ini.

"Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahhabi"

Buku ini ditulis oleh Syaikh Idahram, yang menurut hemat penulis adalah nama pena. Buku tersebut merupakan bagian dari “Trilogi Data dan Fakta Penyimpangan Wahhabi”, seperti film saja memang, namun itulah kenyataannya. Tiga buku yang akan mengupas tuntas mengenai sejarah berdarah, pemalsuan kitab-kitab karya ulama klasik, dan ulama sejagad menggugat Wahhabi. Kita mulai dari Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi dengan judul kecil Mereka Membunuh Semuanya Termasuk Para Ulama.

Buku setebal 276 halaman ini mencoba menelusur Salafi-Wahhabi, mulai dari kemunculannya, asal penamaan salafi/wahhabi, hingga tragedi berdarah yang menghilangkan ribuan nyawa. Ada lima “pintu” yang akan dilewati para pembaca. Pintu yang pertama, Syaikh Idahram (selanjutnya disebut SI) mencoba menjelaskan sejarah kemunculan salafi-wahhabi. Dan menyebutkan mulai dari nama pendirinya, ulama-ulama Wahhabi, hingga pengikutnya di belahan negara lain termasuk di Indonesia (lihat h. 23-39).

Setelah berhasil melewati pintu pertama, tentu anda akan sudah memahami siapa dan bagaimana Wahhabi itu sendiri, kemudian bersiaplah untuk memasuki pintu kedua (bab paling menyeramkan). Pada pintu kedua ini, SI mengisahkan peristiwa-peristiwa memilukan yang mengiringi eksistensi Salafi-Wahhabi di Arab. Mulai dari pembunuhan ribuan umat islam di Karbala, Thaif, Madinah dan Makkah, Uyainah, Ahsaa, Riyadh, Qashim, Quwait, serta pembunuhan-pembunuhan pada para ulama yang tidak sepakat dengan Muhammad ibnu Abdul Wahhab, termasuk pembakaran-pembakaran kitab dan bekerja sama dengan Inggris merongrong Kekhalifahan Turki Utsmani. (Lihat h. 61-135). Apakah ini hanya bualan belaka dari sang penulis (SI) untuk menyudutkan salafi-wahhabi? Untuk menjawab itu semua, SI tidak hanya menyertakan sumber-sumber dari ulama yang kontra, melainkan didominasi oleh sumber-sumber dari sejarawan Wahhabi sendiri, bahkan dari kitab ‘suci’ mereka yang ditulis oleh Muhammad ibn Abdul Wahhab seperti ad-Durar as-Saniyah dan banyak lagi.

Bagaimana dengan pintu kedua? Hmm.. Setelah melewati pintu kedua itu, kesan kita pada gerakan ini mungkin akan sama, yaitu “KEJI”. Baiklah, di pintu ketiga ini, SI menjabarkan tentang hadis-hadis Rasulullah SAW yang berkaitan dengan ciri-ciri golongan ini. Begitu banyak hadits yang disertakan, serta penjabarannya menurut para ulama (bukan hanya SI). Sajian ini, dikhusukan untuk membedah kemunculan sekte Salafi-Wahhabi sesuai dengan apa yang sudah disampaikan Rasulullah jauh sebelum kemunculan salafi-Wahhabi di tanah Arab.

Langsung saja kita lanjutkan pada pintu keempat di mana SI menjelaskan tentang fatwa-fatwa dan pendapat salafi-wahhabi yang dianggap menyimpang semisal fatwa sesatnya Zikir La ilaaha illallah, keharaman ziarah ke makam Rasulullah, fatwa bahwa yang membaca Qur’an untuk si mayyit akan diazab, dan banyak lagi fatwa-fatwa yang menyimpang yang telah dikeluarkan oleh salafi-wahhabi. SI menyertakan dalil baik Qur’an maupun Hadits dari banyak kitab (dari ulama-ulama terkenal) untuk membantah fatwa menyimpang yang dikeluarkan salafi-wahhabi yang kerap menuduh umat islam selain salafi-wahhabi adalah sesat, kafir, dan musyrik.

Akhirnya, sampailah pada pintu terakhir dalam buku ini. SI mencoba mengoreksi dan mengkritik (kalau menurut saya “menelanjangi”) konsep dan manhaj salafi-wahhabi, menganggap penisbatan salafi-wahhabi sebagai sebuah kerancuan, serta menganggapnya serupa dengan khawarij (Lihat h. 201-248).

Setelah melewati kelima pintu tersebut, SI pun sudah menyiapkan tiga pintu lagi untuk mengetahui bahwa salafi-wahhabi telah memalsukan kitab-kitab karya ulama klasik. Tapi tidak saya kasih tahu dulu.. biar penasaran. Buku ini layak dibaca untuk meningkatkan pemahaman kita akan sekte salafi-wahhabi. Selain didukung dengan fakta-fakta yang (bisa dibilang) lengkap dan objektif, karena diambil dari kitab-kitab ulama wahhabi sendiri, SI juga mengutip dalil-dalil lain sebagai pembandingnya. Terkahir, saya hanya ingin berucap.. “Ah Sialan Salafi-Wahhabi ini!!”.

Kamis, 09 Februari 2012

Dakwah Salafi-Wahabi “Berselimut Kepalsuan”

Dakwah Salafi-Wahabi “Berselimut Kepalsuan”

Judul :Mereka Memalsukan Kitab-Kitab Karya Ulama Klasik
Penulis :Syaikh Idahram
Penerbit :Pustaka Pesantren
Tebal Halaman :308 Halaman
ISBN :602-8995-01-0

Inilah buku kedua Syaikh Idahram (selanjutnya SI) yang bertemakan Episode Kebohongan Publik Sekte Salafi Wahabi setelah “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” yang cukup mencengangkan itu. Buku kedua SI ini menyikapi temuan-temuannya berupa pemalsuan teks atau penghilangan sebagian isi yang terdapat di banyak kitab Karya Ulama Klasik terbitan salafi-wahabi.


Lagi, Menelanjangi Wahhabi

Review Buku

Dakwah Salafi-Wahabi “Berselimut Kepalsuan”

Judul :Mereka Memalsukan Kitab-Kitab Karya Ulama Klasik
Penulis :Syaikh Idahram
Penerbit :Pustaka Pesantren
Tebal Halaman :308 Halaman
ISBN :602-8995-01-0

Inilah buku kedua Syaikh Idahram (selanjutnya SI) yang bertemakan Episode Kebohongan Publik Sekte Salafi Wahabi setelah “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” yang cukup mencengangkan itu. Buku kedua SI ini menyikapi temuan-temuannya berupa pemalsuan teks atau penghilangan sebagian isi yang terdapat di banyak kitab Karya Ulama Klasik terbitan salafi-wahabi.

Pembaca akan disambut oleh dua pakar terkenal sebelum memasuki bahasan lebih jauh mengenai pemalsuan kitab, di antara yang bakal ditemui adalah Prof. DR. KH. Said Aqil Siraj, M.A., dan Prof. DR. Azyumardi Azra, M.A., PHIL., mereka turut memberikan kata pengantar dalam buku ini. Kedua tokoh penting di Indonesia tersebut, ikut andil dalam menyikapi gerakan trans-nasional salafi-wahabi di Indonesia dan Dunia pada umumnya.

Ada tiga pintu yang harus dilewati pembaca untuk memahami permasalahan yang diangkat SI dalam buki ini. Untuk Pintu pertama buku kedua ini, SI kembali mengajak pembacanya untuk mengenal apa dan bagaimana Salafi-Wahabi itu, dan mengungkapkan keanehan penyebutan salafi yang disematkan pada pengikut Muhammad ibnu Abdul Wahab (Pendiri Wahabi), di mana penggunakan istilah salaf yang semena-mena. Mungkin, yang sering mendengar nama Nashiruddin al-Al Bani akan kembali mengenalnya dalam bahasan penamaan salafi. (h. 32),

Pintu kedua buku ini mencermati tentang Bukti Autentik Pemalsuan Kitab dan Penyelewengan Teks. bermula dari rapuhnya ajaran (h. 37), perintah untuk membakar Buku-Buku dan Memalsukannya (h. 49), pemalsuan kitab al-Adzkar karya Imam Nawawi (h. 51), Syarh al-Aqidah ath-Thohawiyah (h. 58), Aqidah as-Salaf ashabu al-Hadits (h. 60), Hasyiah ash-Shawi (h. 67), Diwan Imam Syafi’i, Shahih Bukhori, Shahih Muslim, Penghapusan hadits-hadits dari Kitab Musnad Ahmad, Ruh al-Ma’ani, Majmu’ Fatawa, dan banyak lagi (h. 86 – 115)

Pintu ketiga dalam buku ini mencermati teks-teks menyimpang dalam Buku-Buku Salafi-Wahabi. Di antaranya kitab ad-Durar as-Saniyah, dll. Memusyrikkan Seluruh Umat Islam dan Ulamanya, pengkafiran-pengkafiran (takfir) ulama wahabi pada ulama-ulama lainnya, Asy’ariyah dan Mathuridiyah (NU) dianggap bukan ahlusunnah-wal jama’ah, berakidah tasybih dan tajsim, dan masih banyak lagi bahasan-bahasan mengenai penyimpangan-penyimpangan buku karya ulama-ulama Salafi-Wahabi yang terekam (h. 119 – 287)

Buku ditutup dengan kesimpulan yang terintegrasi dalam bahasan terakhir yang berisi pesan SI agar tidak mudah mengkafirkan golongan lain dan memaksa golongan lain untuk ikut dalam kelompoknya. Salafi-Wahabi seperti dikenal menjadi golongan yang kerap mengkafirkan dan menganggap sesat golongan selain dari Salafi Wahabi sendiri, sehingga konflik antar umat islam kian diperuncing dengan anggapan bahwa selain Salafi-Wahabi dianggap sesat, padahal ulama-ulama secara umum tidak mudah mengkafirkan yang lainnya (h. 295).

Mencermati bagaimana metode penulis (SI) dalam buku ini untuk menguak tabir yang menyelimuti apa dan bagaimana Salafi Wahabi yang menggunakan analisa komprehensif dari kitab-kitab terbitan ulama-ulama Salafi-Wahabi sendiri dan dikomparasi dengan kitab-kitab aslinya untuk membuktikan adanya pemalsuan dan pengurangan teks kitab asli dari ulama-ulama klasik. Ini juga membantu para pembacanya yang concern di bidang pergerakan dan aliran keagamaan yang berkembang pasca Rasulullah SAW hingga kini. Buku ini juga mempertegas asumsi awalnya, yaitu membuktikan bahwa Salafi-Wahabi memang melakukannya.

Selain berisi torehan sejarah tentang Salafi Wahabi, buku ini sangat menarik dan bernilai untuk dijadikan referensi, terutama bagi mereka yang tertarik dengan tingkah pola sekte Salafi-Wahabi yang berasal dari Nejd, Saudi Arabia ini. Buku ini juga bisa digunakan sebagai bahan diskusi dalam membandingkan dan menguak metode dakwah Salafi-Wahabi di dunia. Terakhir, semoga buku ini juga mampu memotivasi banyak kalangan muslim untuk kembali membuka-buka kitab kuning dan kembali mempelajarinya seperti sedia kala keterkenalan ‘Islam Indonesia’. Bagaimana? tertarik membeli??*

Celoteh Luthfi Harits (Wong Gendheng)
Hanya Pemerhati yang kadang Prihatin.. 
Dalam http://www.sarangpengembara.blogspot.com

Rabu, 08 Februari 2012

FROM BLITAR WITH LOVE

Blitar kutho cilik sing kawentar
Edi peni gunung Kelud sing ngayomi
Blitar jaman Jepang nate gempar
Peta brontak sing dipimpin Supriyadi
Blitar Nyimpen awune sang noto
Mojopait ning candi Penataran
Blitar nyimpen layone Bung Karno
Proklamator lan presiden kang kapisan


oleh Mohammad Hafidz Atsani

“Hurub Hambangun Praja”
Artinya ‘semangat membangun negara’. Inilah motto terkenal yang selalu mengiringi perjalanan Kabupaten yang terletak di kaki Gunung Kelud dengan Sungai Brantas yang membelah Blitar menjadi dua bagian. Blitar menurut buku ‘Bale Tatar’ berasal dari kata ‘Bali Tartar’. Penggunaan istilah ini sebagai nama Kota di mana Sang Proklamator di makamkan rupanya menjadi semacam peringatan akan sebuah peristiwa heroic masa silam. Di ceritakan, pada jaman pemerintahan Prabu Kertanegara di Singasari (daerah Malang) Raja Mongol Kubilai Khan yang telah sukses menginvasi Annam (Vietnam Utara), Champa (Vietnam Selatan), Kamboja, Burma hingga ke Thailand berhasrat ingin menyempurnakan penaklukannya dengan meluaskan wilayahnya hingga ke pulau Jawa. Maka di utuslah duta besar Mongol ke Kerajaan Singasari guna memaksa penguasa Singasari kala itu (Prabu Kertanegara) agar tunduk di bawah ketiak Kubilai Khan. Namun sial, bukannya Prabu Kertanegara bersedia tunduk dan mengirim upeti pada Kubilai Khan, justru penguasa Singasari itu meledek Kubilai Khan dengan memotong kuping sang duta dan mengusirnya.
Mendapati utusannya di perlakukan demikian, maka marahlah sang Kubilai Khan kemudian mengirim tak kurang dari 20.000 balatentara (di sebut Tentara Tar Tar) pada tahun 1292 yang di pimpin jendral Ike Mese, Kau Hsing dan Shih Pi menuju pulau Jawa guna menghukum Kertanegara sekaligus menakhlukkan Pulau Jawa. Sesampainya di pulau Jawa, balatentara Tar Tar mendapati Pulau Jawa dalam keadaan telah rusak akibat perang antara Jayakatwang (Bupati Gelang Gelang) dan Prabu Kertanegara yang berakhir kekalahan di pihak Kertanegara. Tewasnya Kertanegara di tangan Jayakatwang rupanya tidak menyurutkan niat Tentara Tar Tar untuk membalas dendam. Ketika tahu bahwa Kertanegara masih menyisakan pewarisnya di Perdikan Majapahit, maka tentara Tar Tar bergegas ke desa Majapahit guna menangkap pewaris Kertanegara.
Adalah Raden Wijaya putra Dyah Lembu Tal, putra Narasinghamurti alias Mahisa Campaka adalah putra Mahisa Wonga Teleng putra Ken Arok pendiri Wangsa Rajasa sekaligus menantu dari Prabu Kertanegara yang kemudian hendak di tangkap tentara Tar Tar untuk di bawa menghadap sang Kubilai Khan. Mendapati tentara Tar tar hendak menangkapnya, raden Wijaya lalu bersiasat. Dia bersedia tunduk pada Raja Mongol asal tentara Tar Tar bersedia membantunya mengalahkan Jayakatwang. Siasat ini kemudian di sanggupi tentara Tar Tar. Maka tak lama kemudian gabungan tentara Tar Tar dan Majapahit yang juga di bantu Arya Wiraraja dari Sumenep bergerak ke Kediri dimana Jayakatwang berkuasa. Perang dahsyat terjadi di Kediri, tak kurang dari 5000 prajurit Kediri tewas. Jayakatwang kemudian di tawan tentara Tar Tar.
Setelah mengalahkan Jayakatwang, raden Wijaya meminta ijin untuk kembali ke Majapahit guna menjemput keluarganya dengan kawalan tentara Tar Tar. Sesampainya di Majapahit, bukannya membawa keluarganya untuk menyerahkan diri pada Tentara Tar Tar, justru Raden Wijaya memerintahkan prajuritnya balik menyerang tentara Tar Tar. Kontan saja tentara Tar Tar yang sama sekali tidak mengira bakal mendapat serangan mendadak dari pihak Wijaya kocar kacir dan melarikan diri ke hutan di selatan Blitar. Kekalahan tentara Tar Tar ini menandai naiknya Raden Wijaya sebagai Raja di tanah Jawa yang berkedudukan di Majapahit berjuluk Prabu Kertarajasa Jayawardhana.
Setelah naik tahta, upaya Raden Wijaya untuk mengusir sisa sisa tentara Tar Tar belumlah padam. Maka di utuslah Nilasuwarna memimpin pasukan Majapahit guna menumpas tentara Tar Tar yang bersembunyi di hutan selatan. Misi ini sukses di jalankan Nilasuwarna, kemudian Prabu Kertarajasa jayawardhana menganugerahi Nilasuwarna tanah di hutan dimana tentara Tartar berhasil di tumpas. Hutan itu kemudian di beri nama Balitar (Bali Tar Tar ) untuk mengenang kekalahan telak tentara Tar Tar. Nilasuwarna di nobatkan sebagai bupati di Balitar (Blitar) dengan julukan Adipati arya Blitar.

Itulah sekelumit mengenai kota Blitar. Kota yang menurut saya sangat sejuk. Tanahnya subur, berwarna abu-abu kekuningan, bersifat masam, gembur dan peka terhadap erosi. Maka tak heran, Blitar adalah penghasil Padi, Tembakau dan sayur mayur dengan kualitas terbaik. Selain itu, Blitar juga terkenal dengan produk buah buahannya loh. Apalagi buah Belimbing dan rambutannya. He he he ….. (thanks mas Alvin yang udah ngasih sekardus rambutannya).
Tour Gubraker ke Blitar start jam 5.30 WIB mengambil rute Karanganyar-Sragen-Nganjuk-Kediri trus Blitar membawa serta 9 Gubraker Solo. Sempat nyasar Bojonegoro sekitar 5 km, tapi akhirnya sukses juga mencapai Blitar. Dan sesuai rencana, kami mengambil tempat makam Bung Karno sebagai lokasi pertemuan. Ini yang saya sebut uniknya Gubrak. Pertemuan gubraker sejauh ini paling sering kalau nggak di Pesantren, kakilima, ya di kuburan (Padahal komunitas lain yang berhubungan dengan kuburanpun belum tentu se ekstrim Gubrak yang menggunakan kuburan sebagai ajang silaturahmi). Hehehehe ….
Di pos depan makam kami langsung di sambut belasan Gubraker Blitar (ada mas Adie Rey, mas Tawakal, mbak Ajeng Dewi dll). Suasana sangat akrab, saya merasa Blitar adalah kampung halaman sendiri. Setelah ramah tamah, kamipun langsung memasuki komplek makam. Di sana sudah ada mas Imamudin (Gubraker Sidoarjo), mbak Arina (ini orangnya lumayan cerewet, tapi asyik di ajak ngobrol). Ada lagi Yunnairaa (kalau yang ini bukan orang baru di Gubrak. Dia masuk kelompok assabiqunal awwalunnya Gubrak. So, tahu persis gimana awalnya Gubrak di rintis). Persisnya nggak ngitung, tapi perkiraan ada 25 lebih Gubraker yang saat itu ngluruk di makam BK.
Pertemuan di Blitar ini menjadi yang pertama terbesar sepanjang sejarah Gubrak. Dan asyiknya, kalau biasanya di DKI kita ketemunya sama yang tua tua, di Blitar mayoritas penGubraknya adalah anak muda. Umurnya rata rata 20an (dan yang pasti banyak singlenya). Makanya buat Gubraker yang masih lajang, jangan kemana mana, segera hubungi Gubraker Blitar. Kali aja berjodoh. Heheheheh….
Acara di mulai dengan tahlil jamaah di makam BK, di pimpin sahabat saya mas Slamet (yang ini kyai beneran lohh). Sama seperti ketika saya ke Tebu Ireng, makam BK juga tak pernah sepi dari peziarah dari berbagai daerah baik muslim maupun nonmuslim. Semua berdoa sesuai dengan keyakinannya masing masing.
Selepas dari makam BK, kami kemudian di ajak berkeliling Blitar dan menikmati tongkrongan warung bakso terkenal di Kota Blitar. Di sini suasanan sangat cair, bahkan saya sempat di tantangin panco sama salahsatu sobat Gubrak Blitar (dan kalah 3-0). Maklum musuhnya khan pesilat. Ha ha ha ha
Ada pesan indah dari Gubraker Blitar untuk kita semua. Bahwa gerakan ini tidak boleh berhenti, harus ada tindak lanjut yang terukur. Sudah saatnya kita menunjukkan jati diri. Bahwa tanpa sokongan dana yang kuat ataupun dukungan politik dari pemangku kekuasaanpun kita mesti yakin BISA!!!. Kalau bukan kita yang berusaha merawat negeri ini siapa lagi ???.


Blitar kutho cilik sing kawentar
Edi peni gunung Kelud sing ngayomi
Blitar jaman Jepang nate gempar
Peta brontak sing dipimpin Supriyadi
Blitar Nyimpen awune sang noto
Mojopait ning candi Penataran
Blitar nyimpen layone Bung Karno
Proklamator lan presiden kang kapisan

Ono crito jare Patih Gajah Modo
Ingkang bisa nyawijikne nuswantoro
Lan ugo Bung Karno sing kondang kaloko
Ning tlatah Blitar lair cilik mulo

Ora mokal Blitar dadi kembang lambe
Ora mokal akeh sing podo nyatakne
Yen to geni ngurupake semangate
Yen to banyu nukulake patriote


Terima kasih untuk sambutan dahsyatnya…
Thanks mas Alvin, rambutannya manis banget..
Thanks adikku, Yunnairaa. Jamuan makannya bikin tambah gemuk. Makasih juga kaosnya untuk dua buah hatiku
Makasih mas Imam atas hadiahnya…
Makasih juga para pendekar SH Terate Kota Blitar. Wis pokoknya kalau urusan bentrokan, Gubrak pasrah ke sampean semua…
He he he he
Makasih juga buat sobat Gubrak se Solo yang udah meluangkan waktu berkunjung ke Blitar.
Buat Gubraker daerah lain, kapan nih kita ketemuan ????

Relawan Gubrak

GUBRAK. Ini rumah kita....
Banyak yang bilang ini sarang santri. Tapi menurutku sebetulnya nggak juga. Di sini ada merah, putih, hijau, hitam bahkan abu abu (yang PKS juga ada loh).
Kita di satukan oleh semangat. Semangat untuk menatap hari depan lebih indah. Semangat toleransi seraya mengikis segala egoisme sektarian. Semangat persaudaraan dan kesetaraan. Semangat untuk membangun gagasan. Dan pastinya semangat bangun pagi (bagi yang suka bangun pagi. He he he).

Oleh Mohammad Hafidz Atsani di Kongkow Bareng Gubraker

Selalu ada teman yang luar biasa untuk ide yang luar biasa.

Ketika 2 kali nomer pusat SBS di blokir operator, terus terang saya merasa sedikit shock.
Bukan lantaran nomer yang kita pakai sudah terlanjur familiar (cantik lagi...)
Bukan soal keharusan untuk melapor ke operator untuk membuka blokir
Dan juga bukan soal biaya...

SBS (Sms Bangun Subuh) buat GUBRAK (dan yang pasti buatku) adalah sesuatu yg lebih bernilai dari Page, Group maupun Blog yang kita punya di dunia maya.
Bagaimanapun, SBS inilah yang membuka sejarah GUBRAK. Ia yang menginspirasi kita untuk membentuk Komunitas dahsyat ini. Komunitas unik yang padahal di galang dari segmen segmen lapis bawah dan terkecil. Dengan peralatan seadanya dan tentunya belum pernah punya kantor, apalagi akte pendirian. Varian keanggotaannyapun buat saya sungguh luar biasa. Di GUBRAK anda bisa temui semua model manusia. Dari yang alim hingga berandalan, dari yang intelektual sampai yang lebay. Dan tentunya lintas umur. Ini kekuatan hebat yang merepresentasikan kehidupan sosial kita.

GUBRAK. Ini rumah kita....
Banyak yang bilang ini sarang santri. Tapi menurutku sebetulnya nggak juga. Di sini ada merah, putih, hijau, hitam bahkan abu abu (yang PKS juga ada loh).
Kita di satukan oleh semangat. Semangat untuk menatap hari depan lebih indah. Semangat toleransi seraya mengikis segala egoisme sektarian. Semangat persaudaraan dan kesetaraan. Semangat untuk membangun gagasan. Dan pastinya semangat bangun pagi (bagi yang suka bangun pagi. He he he).
Gubrak sepertinya memang berpotensi menjadi katalisator, yang menyatukan banyak pikiran. Menempatkan keanekaragaman sebagai sumber kekuatan. Seorang kawan mengatakan, kalau anda terlalu miring ke kanan, ke kiri atau kebanyakan mendongak ke atas, bergabunglah bersama GUBRAK. Bengkel kami akan siap sedia memperbaiki kerusakan otak anda. Ha ha ha ha

Kembali ke SBS.
Pasca adanya insiden blokir operator seluler (akibat kelebihan kuota sms), terus terang saya nyaris putus asa akan kelangsungan layanan unik bangun pagi ini. Ada 700 nomer yang tadinya biasa kita sms tiap pagi. Biasanya kita menggunakan 2 HP untuk operasi. Sekarang aturan operator seluler untuk urusan sms broadcast di batasi. Sms massal di atas 200 nomer bisa terancam blokir oleh operator. Saya waktu itu sempat berpikir untuk menambah lagi peralatan. Setidaknya jika ada 4 HP/4 nomer, 700an Gubraker SBS bisa teratasi. Nggak perlu HP mahal. Yang 100ribupun kalau ada insya Allah jalan.
Hari kedua pasca blokir saya menyiapkan uang untuk mengusahakan itu. Nyari HP murah dengan fasilitas sms grouping yang memadai. Dan.....????
Gagal. Sudah 3 konter saya datangi. Nggak satupun punya produk yang saya maksud. Kalaupun ada, fasilitas groupingnya nggak ada. Artinya kalau kita paksain, sms subuh kita kirim secara manual (satu satu). Haduhhh.... stres juga. 700 nomer dengan sistem pengiriman manual. Bisa keriting nih jempol.
Akhirnya saya putuskan pulang aja. Barangkali kalau ketemu istri, ketemu solusinya ( Ha ha ha ha.....)

Hari hari selanjutnya, saya coba telpon teman teman terkait soal ini.
Respons yang saya terima macem macem. Tapi intinya satu. Komunitas harus tetap di rawat. Ini aset besar yang sudah kita perjuangkan, yang sudah kita galang dengan segenap kekuatan.

Selalu ada teman luar biasa untuk ide luar biasa.

Ya....!. Nyatanya bukan hanya saya yang ketar ketir. Banyak sms masuk menanyakan soal sms subuh. Kok saya kesiangan terus...!, kok nggak ada sms lagi....! Gubrak udah bubar ya...?. Dan belasan sms lain yang tentunya melecut kembali semangat saya untuk terus maju.

Oke...! sms kita lanjutkan. Tapi untuk 700 saya nggak bakal bisa. Alatnya cuma 2. Mesti ada relawan yang bersedia membantu kami. Minimal 300-400 nomer bisa di cover.
Sebetulnya sejak dulu saya sering tawarkan ke teman untuk mengambil alih tugas ini sebagian. Tapi belum ada tanggapan. Susah bangun pagi,nggak bisa istiqomah, biaya sms dst...

Orang pertama yang saya datangi kang Aang Arif Amrullah. Kebetulan rumahnya dekat, teman seperjuangan dan dulu juga punya gagasan untuk itu juga. (Katanya : Jangan sampai pahalanya di ambil Komandan semua...). Ha ha ha

Dan alhamdulillah........
Gagal...!!!.
Selain alasan teknis (HPnya jadul), juga yang pasti nggak bisa jamin istiqomah bangun pagi.
(Akhirnya ku pulang seperti orang dungu, Ebiem Ngesti mode on)

Menyerah ?
Belum.

Selain kita coba share di KBG, saya coba usahakan telpon yang lain (kali aja siap).
Saya telpon Rohmah Nafis (Lamongan),mas Adie (Blitar), Ahmad Suyuthi (Sumenep), mas Harun (Cirebon), mas Joko (Karanganyar), Husnul Hotimah (Pamekasan), Nazili Gapura (Sumenep), mas Imam (Sidoarjo), kang Kholid (Cirebon), Mbak Fitrie (Batam), Heldania (Lampung) dan entah berapa lagi yang kita telpon.(beberapa di antaranya nggak mau terima telpon, hemmm sibuk kali). Ampe telinga rasanya panas dingin. Ha ha ha haPokoknya BERUSAHA!!!!

Dan seperti pepatah diatas. Selalu ada teman yang luar biasa untuk ide luar biasa.
Satu persatu gayung di sambut. Akhirnya terkumpul 6 relawan.
Ada :
Ahmad Suyuthi
Nazili Gapura
Imamuddin Al Porongi
Adie Rey Mysterio
Lestari Bunda Zahwa
Fitrie Ibrahim Titania
(Pokok'e... I Love You FULLLLLLLLLLLL!!!!!)

Seminggu setelah rehat, SBS kembali beroperasi. Dengan admin baru, semangat baru dan tentunya gagasan baru yang lebih dahsyat. Terakhir bahkan kita udah berani buka lagi pendaftaran layanan SBS baru. Dan sekarang udah 800an Gubraker yang mendapatkan layanan SBS. Kita juga sudah menyiapkan admin cadangan jika terjadi ledakan anggota lagi. Urusan pulsa. Alhamdulillah kendati nggak 100%, ada saja yang membantu kita. Makasih buat kawan kawan yang sudah membantu mendonasikan pulsa.

Khusus untuk donasi pulsa, kita batasi nggak boleh lebih dari 10ribu (Kalau banyak banyak malah jadi ujian buat admin), trus jangan nyumbang 3 bulan berturut turut (bagi bagi pahala lah...). Dan usahain jangan kirim pulsa ke nomer Axis (soalnya stok pulsa udah full).

Sepertinya, nggak ada yang nggak mungkin jika kita ada kemauan.
Terima kasih buat semuanya.....
I love you....!
He he he he....

Selasa, 07 Februari 2012

Perancang Lambang Garuda yang Terlupakan......


Semua warga Indonesia pasti tahu lambang Garuda Pancasila. Ya, lambang tersebut adalah lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tapi tahukah anda siapa yang merancang lambang tersebut? Pernahkah anda berpikir siapa yang merancang lambang tersebut? Kebanyakan dari kita sudah lupa, atau bahkan tidak mengetahui sama sekali siapa yang merancang lambang tersebut.

Sebagai warga negara yang baik seharusnya kita mengetahui siapa yang membuat lambang dari negara kita sendiri.


Sultan Hamid II. Dialah yang merancang lambang pusaka Garuda Pancasila. Beliau lahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak. Lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, 12 Juli 1913 dan meninggal di Jakarta, 30 Maret 1978 pada umur 64 tahun. Dalam tubuhnya mengalir darah Arab-Indonesia meski pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak. Keduanya sekarang di Belanda.


Berikut cerita singkatnya. Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 beliau diangkat menjadi sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil daerah istimewa Kalimantan Barat dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.

Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.

Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA.

Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar – karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.

Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat marah.

Sewaktu RIS (Republik Indonesia Serikat) dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabehi Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali – Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.

AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Departemen Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “’tidak berjambul”’ seperti bentuk sekarang ini.

Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950.

Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.

Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Hamid II diberhentikan pada 5 April 1950 akibat diduga bersekongkol dengan Westerling dan APRA-nya.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontianak.

Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan berkas dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.

Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.(ganjil.co.cc)